Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Memanusiakan Bisnis di Era Modern, Membangun Koneksi dan Kesejahteraan

Diperbarui: 18 September 2024   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal-AI

Di era bisnis modern yang terus berubah, konsep memanusiakan bisnis semakin menjadi fokus utama bagi para pemimpin di berbagai industri. Tidak lagi hanya tentang keuntungan atau efisiensi operasional, tetapi juga tentang bagaimana bisnis dapat menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi, di mana kesejahteraan karyawan, koneksi sosial, dan keberlanjutan menjadi prioritas.

Seiring dengan perubahan ini, banyak perusahaan mulai menyadari bahwa cara terbaik untuk meraih kesuksesan jangka panjang adalah dengan menempatkan kemanusiaan di pusat strategi bisnis mereka.

Dari penelitian yang menunjukkan bahwa orang cenderung bertahan dan berkembang dalam suatu pekerjaan ketika mereka memiliki teman di kantor, hingga inisiatif-inisiatif besar yang mendukung kesejahteraan karyawan, memanusiakan bisnis tidak hanya berhubungan dengan hasil finansial tetapi juga dengan menciptakan lingkungan yang mendukung interaksi sosial dan kepedulian satu sama lain.

Di tengah pengaturan kerja yang semakin fleksibel dan tingginya pergantian karyawan, koneksi yang bermakna menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Pemimpin yang Memanusiakan Bisnis: Belajar dari Pengalaman

Contoh nyata dari pemimpin yang menerapkan filosofi ini adalah Sunny Gurpreet Singh, yang mendirikan perusahaan teknologi kesehatan Edifecs dan kemudian mendirikan Roundglass setelah berjuang melawan kelelahan serius.

Setelah dua dekade bekerja keras, Singh menyadari bahwa kelelahan fisik dan mental dapat merusak lebih dari sekadar produktivitas, tetapi juga mengancam kesehatan pribadi. Singh kemudian mengundurkan diri sebagai CEO Edifecs untuk berfokus penuh pada misi baru: membina kesejahteraan diri dan komunitas.

Melalui yayasannya, Singh berinvestasi dalam keberlanjutan, pemberdayaan pemuda, kesehatan mental, dan pemberdayaan perempuan, terutama di tanah kelahirannya, Punjab.

Kisah Singh menunjukkan bahwa pemimpin bisnis yang peduli pada kesehatan mental dan kesejahteraan karyawannya dapat menciptakan dampak yang signifikan, tidak hanya dalam perusahaan tetapi juga di komunitas yang lebih luas. Koneksi, kesehatan mental, dan dukungan sosial menjadi pilar utama dalam menjalankan bisnis yang lebih manusiawi.

Singh bahkan mempraktikkan filosofi ini dengan mengadakan acara seperti makan malam CEO Fortune di Seattle, di mana para pemimpin berbagi cerita dan mempererat hubungan antar satu sama lain---menunjukkan bahwa di balik kesuksesan bisnis ada kebutuhan untuk terhubung secara personal.

Pelajaran dari Indonesia: Bisnis yang Mengedepankan Kemanusiaan

Indonesia juga tidak ketinggalan dalam memanusiakan bisnis. Perusahaan-perusahaan besar seperti Gojek, Unilever, dan Bukalapak menunjukkan bahwa kesejahteraan karyawan dan komunitas dapat berjalan seiring dengan kesuksesan bisnis.

Di Gojek, misalnya, Nadiem Makarim membangun ekosistem yang mendukung mitra pengemudinya, memberikan akses kepada layanan kesehatan dan program pelatihan keterampilan untuk meningkatkan taraf hidup. Program "Swadaya" yang menawarkan diskon pada kebutuhan sehari-hari menjadi salah satu contoh nyata dari cara perusahaan memanusiakan mitra bisnisnya.

Unilever Indonesia mempromosikan "sustainable living" sebagai bagian dari upaya mereka untuk mendukung kesehatan dan keseimbangan hidup karyawan. Selain itu, melalui program Green and Clean, Unilever mendorong pengelolaan sampah berbasis komunitas yang tidak hanya bertujuan melindungi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline