Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Tantangan Gizi Anak Indonesia, Harapan dengan Terbentuknya Badan Gizi Nasional

Diperbarui: 25 Agustus 2024   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua siswa memperlihatkan porsi makanan bergizi gratis di SDN Sentul 02 Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/7/2024). | KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN


Meski angka malnutrisi di Indonesia, menurut catatan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund/Dana Darurat Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa), telah menurun dalam sepuluh tahun terakhir, tantangan yang dihadapi masih cukup besar.

Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan angka malnutrisi ibu dan anak tertinggi di dunia. Masalah gizi di Indonesia bukan hanya soal makanan yang terlalu sedikit atau berlebih, tetapi jauh lebih kompleks.

Dokumentasi Merza Gamal, sumber data: UNICEF

Hal tersebut merupakan masalah mutu makanan, kondisi kesehatan ibu, kualitas pengasuhan anak, serta terbatasnya akses kepada layanan kesehatan, kebersihan, dan sanitasi yang bermutu.

Tantangan ini diperburuk oleh kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, ketimpangan gender, serta infrastruktur yang tidak memadai. Bencana alam yang sering terjadi semakin menghambat upaya pemenuhan gizi yang memadai.

Di tengah situasi ini, ada secercah harapan dengan dibentuknya Badan Gizi Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 15 Agustus 2024. Badan ini diharapkan mampu merumuskan kebijakan yang lebih terarah dan efektif dalam mengatasi permasalahan gizi di Indonesia.

Tiga Beban Malnutrisi di Indonesia

Indonesia menghadapi tiga beban malnutrisi yang saling berkaitan. Yang pertama adalah gizi kurang, seperti stunting dan wasting, di mana anak-anak tumbuh dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya atau mengalami kekurangan berat badan.

Beban kedua adalah kekurangan mikronutrien, di mana anak-anak mengalami kekurangan vitamin dan mineral penting seperti zat besi, vitamin A, dan yodium. Ironisnya, yang ketiga adalah kelebihan berat badan dan obesitas, yang justru terjadi di tengah masalah gizi kurang. Ini disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang dan gaya hidup yang kurang aktif, terutama di perkotaan.

Ketiga beban ini memerlukan pendekatan yang berbeda-beda, namun satu benang merah yang menghubungkan semuanya adalah kualitas makanan. Tidak hanya soal jumlah, tetapi juga kandungan gizi dalam makanan sehari-hari.

Harapan dengan Terbentuknya Badan Gizi Nasional

Di tengah tantangan ini, terbentuknya Badan Gizi Nasional membawa harapan baru. Badan ini diharapkan bisa menjadi penggerak utama dalam memastikan pemenuhan gizi nasional, mulai dari anak usia dini hingga remaja, serta ibu hamil dan menyusui.

Tugas badan ini bukan hanya merumuskan kebijakan, tetapi juga memastikan kebijakan tersebut dijalankan dengan baik di lapangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline