Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Menghadirkan Inklusivitas pada 17.500 Pulau dalam Meningkatkan Konektivitas Digital di Indonesia

Diperbarui: 17 Mei 2024   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Indonesia, dengan sekitar 17.500 pulau, menghadapi tantangan besar dalam menciptakan konektivitas dan inklusivitas digital bagi seluruh masyarakatnya. Tantangan tersebut meliputi keterbatasan infrastruktur, biaya tinggi untuk membangun jaringan di daerah terpencil, kesenjangan akses terhadap teknologi dan internet antara perkotaan dan pedesaan, serta rendahnya literasi digital di banyak wilayah.

Selain itu, kondisi geografis yang beragam dan sering kali sulit dijangkau memperparah kompleksitas dalam memastikan seluruh masyarakat dari Sabang sampai Merauke dapat terhubung secara digital.

Dalam wawancara dengan Eric Kutcher dari McKinsey, dua pemimpin perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, Ririek Adriansyah, presiden direktur PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom), dan Vikram Sinha, presiden direktur dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), membahas strategi dan solusi yang mereka terapkan untuk mengatasi hambatan dan memanfaatkan peluang pertumbuhan digital.

Hambatan Utama dalam Mewujudkan Pertumbuhan Inklusif

Dalam wawancara tersebut, Ririek Adriansyah dari Telkom menyoroti tantangan geografis dalam menciptakan konektivitas di Indonesia.

"Indonesia terdiri dari sekitar 17.500 pulau dan tantangannya adalah bagaimana menciptakan konektivitas bagi seluruh pulau tersebut. Jika kita bisa melakukan hal ini, maka hal ini dapat memberikan manfaat bagi semua aspek masyarakat," ujarnya. Konektivitas digital dapat mendukung sektor pendidikan dan kesehatan di daerah terpencil, memungkinkan akses ke pendidikan dan layanan kesehatan berkualitas tanpa hambatan geografis.

Sementara itu, Vikram Sinha dari IOH menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi digital di luar wilayah metropolitan.

"Peluang besar bagi masa depan Indonesia terletak pada apa yang saya sebut sebagai 'pertumbuhan melampaui wilayah metropolitan.' Kota-kota Tier-2 dan Tier-3, yang menyumbang 43 persen PDB Indonesia, memiliki potensi besar untuk pertumbuhan melalui digitalisasi," jelasnya. Dengan teknologi digital, kota-kota ini siap untuk berekspansi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Solusi untuk Mengatasi Hambatan

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Telkom berfokus pada pembangunan infrastruktur yang menyeluruh. "Kami mengembangkan proyek Palapa Ring yang menghubungkan pulau-pulau melalui kabel optik bawah laut dan teknologi satelit untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit dijangkau dengan kabel optik," kata Ririek. Selain itu, Telkom berkolaborasi dengan pemerintah untuk menyediakan akses listrik di daerah terpencil, yang merupakan prasyarat penting untuk konektivitas digital.

Indosat Ooredoo Hutchison menekankan pentingnya kerjasama publik-swasta dalam upaya ini. "Kami bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga pendidikan untuk mengedukasi masyarakat tentang teknologi digital. Kami juga mengembangkan aplikasi dan layanan yang relevan dengan kebutuhan lokal, seperti layanan e-health dan platform e-commerce yang dapat membantu UMKM lokal berkembang," ungkap Vikram.

Fokus pada UMKM sangat penting karena mereka merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia. Digitalisasi UMKM dapat meningkatkan produktivitas dan akses mereka ke pasar global, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan di kota-kota Tier-2 dan Tier-3.

Dampak yang Diharapkan dan Masa Depan Inklusivitas Digital

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline