Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Sebuah Kisah Pribadi dalam Memperingati Hari Kanker Sedunia

Diperbarui: 4 Februari 2024   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Hari Kanker Sedunia (World Cancer Day) tahun 2024 membawa tema yang memotivasi, "Together, We Challenge Those in Power" atau "Bersama-sama, Kita Tantang Mereka yang Berkuasa". Sebuah panggilan untuk bersatu, mendukung, dan menciptakan perubahan positif dalam perawatan dan pencegahan kanker.

Tema ini memiliki makna mendalam, terutama jika kita mempertimbangkan bahwa jumlah kematian akibat kanker di Indonesia mencapai 234.511 orang pada 2020, dan perkiraan global menyebutkan kematian akibat kanker akan terus meningkat hingga lebih dari 13,1 juta pada 2030.

Kanker, sering diidentikkan dengan vonis kematian, seringkali terasa sebagai petir di siang bolong. Namun, di balik ketakutan itu, muncul kisah-kisah inspiratif yang penuh semangat dan keberanian. 

Salah satu kisah yang menginspirasi adalah perjalanan saya sendiri, sebagai seorang suami yang menghadapi kenyataan pahit ketika istri saya didiagnosis dengan kanker payudara stadium 3D, yang artinya sudah akan masuk pada stadium 4.

Tahun 2014, deteksi dini menjadi kunci ketika istri saya merasakan ada yang mencurigakan di dalam payudaranya setelah sesi pijat. Konsultasi dengan seorang dokter keluarga membawa kami ke mamografi di RSK Dharmais. Hasilnya mencurigakan, dan dari sana dimulailah perjalanan panjang menghadapi kanker stadium lanjut.

Menerima vonis kanker tidak pernah mudah. Itu seperti mendengar petir di siang bolong, meruntuhkan dinding kehidupan yang biasanya terasa kokoh. Namun, meskipun kerasnya kenyataan, kami memutuskan untuk tidak menyerah.

Operasi pengangkatan payudara dilakukan dengan tekad bulat untuk menghambat pertumbuhan kanker yang mematikan, meskipun itu berarti harus kehilangan bagian yang sangat berharga bagi seorang perempuan.

Namun, perjalanan kami belum berakhir. Ujian selanjutnya mengungkap serangan kanker pada kelenjar getah bening, memaksa istri saya menjalani delapan sesi kemoterapi selama enam bulan. Dengan sabar dan ikhlas, istri menghadapi semua itu, bahkan dengan tingkat radiasi tinggi yang membuatnya harus membatasi kunjungan keluarga dan teman.

Keberanian istri saya tidak hanya tercermin dalam perjuangan medisnya, tetapi juga dalam bagaimana dia mempertahankan semangat hidupnya. Wajahnya yang berseri-seri selama masa kemoterapi, meskipun tanpa rambut, membuat banyak orang sulit percaya bahwa dia tengah berjuang melawan kanker.

Setelah kemoterapi kedelapan selesai, kami memilih untuk pergi ke umrah, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Sang Maha Kuasa dan Sang Maha Pencipta. Alhamdulillah, sepuluh tahun telah berlalu, masa kritis lima tahun terlewati, dan hasil pemeriksaan rutin pada 2017 menunjukkan bahwa sel kanker dalam tubuh istri saya tidak lagi terdeteksi.

Kisah ini bukan hanya tentang perjuangan melawan kanker, tetapi juga tentang kekuatan kesabaran, dukungan keluarga, dan keberanian untuk terus hidup. Hari Kanker Sedunia bukan hanya tentang mengenang korban, tetapi juga memberikan inspirasi kepada mereka yang sedang berjuang.

Dalam setiap langkah perjalanan melawan kanker, kita diperhadapkan pada ujian kekuatan dan ketahanan. Kisah yang saya alami ini, sebagai bagian dari peringatan Hari Kanker Sedunia, mengajarkan kita bahwa di balik setiap tantangan, ada harapan, keberanian, dan kekuatan yang tak terduga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline