Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Qanaah dan Zuhud sebagai Ajaran Mulia terkait Frugal Living

Diperbarui: 31 Januari 2024   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saudaraku yang terkasih,

Dalam kehidupan manusia, kekuasaan dan harta sering dianggap sebagai sumber kebahagiaan, kehormatan, dan keistimewaan. Namun, seiring dengan kekuasaan dan harta, muncul tantangan moral dan etika yang tidak boleh diabaikan.

Kekuasaan memiliki daya tarik luar biasa. Kemampuannya untuk membuka pintu kehormatan, fasilitas, dan memengaruhi orang lain sering menjadi dambaan banyak individu. Namun, seiring dengan kekuasaan, datang tanggung jawab besar.

Penggunaan kekuasaan yang tidak benar dapat membawa dampak negatif, seperti pemaksaan kehendak, pelanggaran hak asasi, dan penyalahgunaan hukum. Bahkan, agama pun bisa terancam jika dipaksa kepada orang lain, menghilangkan esensi kebebasan beragama.

Demikian juga dengan harta, yang dianggap sebagai penentu kemakmuran dan kebahagiaan. Kekayaan material dapat memberikan kenyamanan, penghargaan, dan kemampuan untuk memenuhi keinginan.

Namun, dalam kejar mengejar harta, seringkali orang melupakan nilai-nilai moral. Tindakan yang dihalalkan demi mencapai kekayaan dapat mengakibatkan kerusakan pada diri sendiri dan masyarakat.

Saudaraku yang dimuliakan Allah,

Penting untuk diingat bahwa kekuasaan dan harta bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Ketika kekuasaan dan harta dipegang dengan bijak, digunakan untuk kebaikan bersama, dan disertai dengan nilai-nilai moral, maka keduanya dapat menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan.

Sejarah manusia telah mencatat kasus-kasus di mana kekuasaan dan harta merusak pemiliknya karena penyalahgunaan dan ketidakbijakan. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai individu dan masyarakat untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang tanggung jawab moral yang melekat pada kekuasaan dan harta.

Dengan kesadaran tersebut, kita dapat menjalani kehidupan dengan penuh integritas, menjauh dari dampak negatif yang dapat timbul dari ketidakbijakan dalam mengelola kekuasaan dan harta.

Namun, di tengah dinamika kekuasaan dan harta, kita juga diajak untuk merenung tentang konsep frugal living atau hidup sederhana yang mengandung ajaran mulia. Frugal living merupakan suatu pilihan hidup yang sadar untuk membatasi konsumsi, mengurangi pemborosan, dan hidup sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya.

Saudaraku tersayang,

Dalam konteks ajaran agama, frugal living mencerminkan nilai-nilai qanaah (merasa cukup) dan zuhud (meninggalkan yang tidak bermanfaat).

Melalui frugal living, seseorang dapat memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya ditemukan dalam kepemilikan materi atau kekuasaan, melainkan dalam kesederhanaan dan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline