Sejarah Commuter Line
Commuter Line Jabodetabek telah menjadi tulang punggung mobilitas warga Jabodetabek, terutama para pekerja. Dikenal sebagai sarana transportasi yang murah, cepat, aman, dan nyaman, KRL Jabodetabek mampu mengangkut penumpang dalam jumlah besar, menjauhkan kita dari kemacetan lalu lintas yang melelahkan.
Namun, tahukah Anda bahwa sejarah KAI Commuter Line telah berusia lebih dari seratus tahun?
Pada zaman Hindia Belanda, tepatnya sejak tahun 1917, wacana pembangunan jalur kereta api telah disusun oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS).
Proyek ini menghasilkan jalur pertama yang menghubungkan Tanjung Priok dengan Meester Cornelis (Jatinegara) dan beroperasi pada 24 Desember 1924. Pada tahun 1927, kereta api sudah melingkupi Kota Batavia (Jakarta). Inilah awal mula perjalanan panjang KAI Commuter Line.
Pada tahun 2008, anak perusahaan PT KA, yakni PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), didirikan. KCJ bertujuan untuk mengelola jalur kereta listrik di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, dengan 37 rute kereta yang melayani Jakarta Raya.
KCJ menginisiasi modernisasi angkutan KRL pada 2011, dengan menyederhanakan rute menjadi 5 jalur utama, mengenalkan gerbong khusus wanita, dan mengubah KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter.
Renovasi stasiun dan sarana lainnya juga menjadi fokus dalam upaya meningkatkan kenyamanan penumpang. Dengan semua perubahan ini, KAI Commuter Line semakin siap menghadirkan pengalaman yang lebih baik bagi penumpang.
Pada tahun 2017, PT KAI Commuter Jabodetabek berubah nama menjadi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), menandai ekspansi perusahaan dalam menyelenggarakan layanan kereta api komuter di seluruh Indonesia. Ini adalah awal dari fase baru dalam sejarah KAI Commuter Line yang membawanya lebih jauh lagi.
Pengalaman Menjadi Pelaju Bintaro-Pusat Kota Jakarta (2004-2015):