Apakah Anda pernah merasa tidak puas dengan pekerjaan Anda?
Bagaimana jika saya katakan bahwa ketidakpuasan seperti ini dapat mempengaruhi produktivitas Anda dan bahkan mengakibatkan biaya yang besar bagi perusahaan di mana Anda bekerja?
Menurut penelitian McKinsey, lebih dari separuh pekerja melaporkan tingkat kepuasan yang rendah atau sedang dengan pekerjaan mereka. Demikian pula hasil kajian Gallup yang tidak jauh berbeda hasilnya.
Kondisi tersebut bisa menyebabkan masalah seperti ketidakhadiran, kurangnya keterlibatan, dan bahkan berhenti diam-diam (quiet quitting) yang berdampak negatif pada kinerja perusahaan.
Mengatasi ketidakpuasan karyawan adalah salah satu tantangan yang dihadapi oleh perusahaan saat ini, dan inilah mengapa kepemimpinan yang peduli dan perhatian sangat penting.
Para pemimpin perusahaan harus menyadari betapa pentingnya mendengarkan dan memahami kebutuhan karyawan mereka. Dengan lingkungan kerja yang berubah-ubah akibat pandemi COVID-19, gaya kepemimpinan yang perintah-dan-kontrol sudah tidak lagi efektif.
Pemimpin sekarang perlu beradaptasi dengan gaya kepemimpinan yang lebih inklusif dan memberdayakan, yang mendorong partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan dan memberikan fleksibilitas dalam cara mereka bekerja.
Penting bagi pemimpin untuk merangkul keberagaman dan menghargai preferensi kerja karyawan dari segala usia, termasuk Generasi Z. Meskipun kebutuhan dan preferensi karyawan bisa berbeda, penelitian McKinsey menunjukkan bahwa sebagian besar kebijaksanaan konvensional tentang perbedaan generasi tidak sepenuhnya berlaku.
Semua orang, tidak hanya Generasi Z, menghargai peluang untuk pengembangan karier dan pekerjaan yang bermakna.
Bagi perusahaan, ketidakpuasan karyawan dapat menjadi biaya yang tinggi. Karyawan yang tidak puas cenderung tidak termotivasi untuk berkinerja dengan baik, yang berdampak pada produktivitas keseluruhan perusahaan.