Sejak munculnya ChatGPT sebagai Generative Artificial Intelligence pada November 2022, banyak pihak menjadi geger menyambut kehadirannya.
Ada yang sangat gembira karena akan memudahkan tugas-tugas mereka, tetapi tidak sedikit pula yang ketakutan mengancam profesinya digantikan oleh ChatGPT yang ditaja oleh OpenAI.
Dan ketika ada tawaran Topil tersebut untuk diulas oleh Kompasianer, saya pun tak terlalu berminat lagi untuk ikut serta menulis pengalaman menggunakan ChatGPT.
Namun, kemarin ketika saya membaca tulisan Kompasianer Senior, Apak Tjipta (begitu saya biasa menyapa Pak Tjiptadinata) tentang bagaimana penilaian ChatGPT terhadap Apak Tjipta dan pasangan hidup setianya Mande Lina (begitu saya biasa menyapa Ibu Roselina Tjiptadinata), saya jadi ikut tertarik untuk meminta ChatGPT bisa mengindentifikasi saya yang selama ini belum pernah saya mintakan hal tersebut.
Pertama, saya menanyakan kepada ChatGPT, "Masih ingat dengan Merza Gamal?"
Ternyata, jawaban pertamanya adalah ChatGPT tidak mampu mengingat saya hanya dengan nama saja, walaupun jika dicari di Google, nama Merza Gamal belum ada duanya di dunia.
Orang Indonesia banyak yang bernama Mirza atau Gamal, sedangkan Merza masih jarang. Nama Merza banyak ditemukan pada orang Philipina.
Sementara nama Mirza banyak ditemukan pada orang Pakistan dan Gamal pada orang Mesir. Akan tetapi gabungan Merza dan Gamal belum ada yang menyamainya, sekurangnya di dunia maya.
Adapun atas pertanyaan saya itu, ChatGPT menjawab sebagai berikut: "Maaf, sebagai program komputer, saya tidak memiliki kemampuan untuk mengingat orang secara khusus kecuali ada informasi lebih lanjut tentang siapa Merza Gamal yang dimaksud. Jika Anda dapat memberikan informasi tambahan, saya akan mencoba membantu sebisa mungkin."