Penggunaan kecerdasan artificial (Artificial Intelligence/AI) telah mentransformasi industri di berbagai bidang ekonomi dunia. Dari infrastruktur yang "menyembuhkan diri sendiri" hingga layanan dan pengalaman pelanggan yang ditata ulang secara radikal (dan tanpa sentuhan). Pengalaman pelanggan yang dirasakan dari hiper-personalisasi skala besar hingga pesan dan gambar pemasaran yang dibuat secara otomatis dengan memanfaatkan alat Generative Artificial Intelligence seperti ChatGPT. Kesemuanya itu menjadi kenyataan saat ini. Solusi AI dapat meningkatkan dan terkadang secara radikal mengungguli sebagian besar peran bisnis tradisional.
Beberapa tahun belakangan, dunia perbankan mengalami gejolak ketika fintech sebagai bagian dari AI mengacaukan bisnis keuangan tradisional. Banyak pemain baru non perbankan muncul untuk menyaingi perbankan. Walau sempat kelimpungan, bank akhirnya bisa kembali mengambil kendali dengan melakukan transformasi radikal di bidang teknologi digital dan berinvestasi besar mengadakan peralatan Artificial Intelligence.
Dengan fintech yang menarik jutaan pelanggan baru, bank menghadapi kebutuhan akan tindakan berani yang semakin mendesak dari hari ke hari. Sebagian Bank saat ini telah berhasil menghadapi para pengganggu dari institusi keuangan non bank dalam persaingan jasa keuangan. Bank-bank besar memiliki modal, sumber daya, dan keahlian untuk membalikkan keadaan pada pendatang baru dan meluncurkan penyerang digital mereka sendiri di perbankan konsumer, manajemen kekayaan, pembayaran, dan berbagai layanan spesialis. Beberapa bank telah menerima tantangan tersebut dan dapat menunjukkan bahwa hal itu 'dapat' berhasil.
Keadaan yang dialami dunia perbankan sebelumnya, saat ini dialami oleh dunia telekomunikasi. Banyak bisnis telekomunikasi diambil alih oleh perusahaan non Telco tradisional. Operasi di industri telekomunikasi sering dikatakan sebagai salah satu aspek bisnis yang paling kompleks untuk dijalankan. Perusahaan telekomunikasi (Telco) yang paling sukses berhasil karena melakukan pendekatan yang simultan, terkoordinasi, dan dinamis di seluruh unit bisnis, yang masing-masing akan menjadi bisnis raksasa untuk dijalankan.
Namun karena kecerdasan artificial (AI) berpotensi menyederhanakan tugas dengan mengoptimalkan berbagai fungsi yang membentuk operasi. Perusahaan telekomunikasi baru saja mulai memanfaatkan janji tersebut, dengan operator menemukan kesuksesan dengan Solusi AI yang membantu mengoptimalkan perjalanan operasi layanan, seperti pengalaman pelanggan di dalam toko, penggunaan pusat panggilan, dan penyebaran karyawan di toko, pusat panggilan, dan lapangan dimanfaatkan oleh perusahaan Telco non tradisional. Para penyerang digital pemula berhasil memasuki lanskap Telco tradisional karena jaringan menjadi semakin ditentukan oleh perangkat lunak dan berbasis cloud.
Lanskap ekonomi yang sangat menantang yang harus dilalui oleh perusahaan telekomunikasi (Telco) dalam beberapa tahun terakhir membuat prospek investasi dalam solusi baru menjadi menakutkan. Namun, nilai yang dipertaruhkan berpotensi cukup signifikan. Telco terkemuka telah mulai menerapkan AI di lapangan dan operasi layanan mereka. Tetap kompetitif akan mengharuskan mengikuti teknologi dan pelari terdepan.
Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi industri telekomunikasi dalam beberapa tahun terakhir. Tantangan tersebut terutama terkait dengan pendapatan yang lesu dan Return on Invested Capital (ROIC) yang menurun. Namun, masyarakat tetap berharap industri ini telah mengadopsi transisi penuh ke teknologi AI.
Namun, berdasarkan penelitian dan pengalaman McKinsey dengan berbagai operator di seluruh dunia, perusahaan telekomunikasi belum sepenuhnya merangkul AI dan pola pikir yang berfokus pada AI. Sebaliknya, model dikembangkan sekali dan tidak ditingkatkan seiring dengan berkembangnya konteks bisnis. Pembelajaran mesin (ML=Machine Learning) hanyalah nama, membatasi kemampuan sistem untuk meningkatkan dari pengalaman. Di samping itu, investasi AI seringkali tidak sejalan dengan prioritas manajemen tingkat atas, misalnya kurang sponsor, penyebaran AI macet, investasi talent teknis kurang berkembang, dan teknologinya masih belum matang.
Mencapai tingkat kedewasaan AI memang bukanlah tugas yang mudah, tetapi tentunya masih berada dalam jangkauan perusahaan telekomunikasi. Namun demikian, dengan semua tekanan yang dihadapi oleh telco, maka merangkul penyebaran AI skala besar dan bertransisi menjadi organisasi asli AI bisa menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan dan pembaharuan. Banyak Telco yang mulai menyadari bahwa hal ini tidak dapat dinegosiasikan, yakni meningkatkan investasi AI seiring dengan terwujudnya dampak bisnis yang dihasilkan oleh teknologi.
Perusahaan telekomunikasi yang masih menerapkan AI dengan cara terbatas akan sulit untuk mendorong kesuksesan skala besar yang berkelanjutan. Oleh karena itu, kemungkinan melakukan transformasi secara radikal dalam Artificial Intelligence Native sangat penting untuk dipertimbangkan oleh Telco yang ingin berahan dan berkelanjutan