Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

ChatGPT Menggantikan Joki Karya Ilmiah dengan Lebih Canggih

Diperbarui: 17 Februari 2023   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: Kenangan saat wisuda yang terlambat karena telah lulus tahun sebelumnya tapi pendaftaran wisuda sudah tutup (by Merza Gamal)

Perjokian di dunia perguruan tinggi sudah terjadi sejak lama. Ketika Kakek Merza masih mahasiswa di era 80'an sudah banyak yang menggunakan jasa joki ilmiah tersebut, dan jarang ketahuan hingga si pengguna joki pun mendapatkan nilai A pada skripsinya dan lulus cumlaude.    

Dalam dunia pendidikan tinggi, selain mahasiswa yang mau mengambil gelar akademik, para dosen pun saat ini mempunyai kewajiban mempublikasikan karya ilmiah berdasarkan jenjang jabatan fungsional yang telah diatur oleh pemerintah, mengacu pada Pasal 4 dan Pasal 8 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor.

Ketika Kakek Merza masih aktif mengelola institusi pendidikan (sekitar 3 tahun) sebagai CEO yang menaungi beberapa lembaga pendidikan, terlihat banyak dosen yang sibuk dengan publikasi karya ilmiah untuk mendapatkan tunjangan profesi dosen di berbagai media seperti jurnal, prosiding, paper, dan lain-lain. Di samping sisi positifnya, sebuah kewajiban karya ilmiah bagi dosen, ada pula sisi negatifnya.

Banyak waktu dosen tersedot untuk memenuhi kewajiban karya ilmiah tersebut untuk mendapatkan jenjang kepangkatan dosen dan tentu saja cuan yang lebih banyak. Akibatnya, dosen lebih disibukkan oleh pemenuhan karya ilmiahnya dibandingkan dengan perhatiannya terhadap perkuliahan para mahasiswanya. Hanya sedikit waktu yang (sebagian) dosen sediakan untuk mahasiswanya.

Image: Saat masih aktif sebagi CEO institusi pendidikan yang menaungi beberapa lembaga pendidikan (by Merza Gamal)

Hal yang lebih negatif lagi yang terjadi adalah perjokian ilmiah di antara para dosen. Walau sama-sama dosen, dalam kenyataannya tidak semua dosen mempunyai kemampuan menulis, apalagi menulis karya ilmiah, bahkan bukan sekedar menulisnya saja yang bisa diperjokikan, tetapi lebih jauh lagi hingga kepengaturan seminar agar karya ilmiah tersebut bisa "lolos".

Sejak November 2022, tiba-tiba muncul Generative Artificial Intelligence berwujud ChatGPT (Generative Pretrained Transformer) yang membawa teknologi bantuan ke tingkat yang baru, mengurangi waktu pengembangan aplikasi, dan menghadirkan kemampuan canggih bagi pengguna nonteknis.

Saat ini, ChatGPT menerima begitu banyak perhatian karena merupakan chatbot gratis yang dapat menghasilkan jawaban untuk hampir semua pertanyaan yang diajukan. ChatGPT dikembangkan oleh OpenAI. ChatGPT dianggap sebagai chatbot AI terbaik yang pernah ada saat ini.

ChatGPT merupakan alat ampuh yang dapat menghasilkan teks dalam gaya percakapan berdasarkan masukan yang diberikan. Artinya ChatGPT dapat memberi mahasiswa dan dosen tanggapan yang dipersonalisasi dan waktu nyata untuk pertanyaan dan kebutuhan mereka.

Selanjutnya ChatGPT bisa menulis makalah penelitian atau esai. Mahasiswa atau dosen cukup menyediakan model dengan pernyataan tesis yang diinginkan beserta beberapa poin kunci. ChatGPT akan menghasilkan kalimat-kalimat dan ide berdasarkan masukan yang diberikan. ChatGPT dapat membantu mengatasi blok penulis dan menghasilkan argumen yang lebih orisinal dan bernuansa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline