Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Hidangan Alkulturasi Tionghoa-Melayu saat Makan Malam Cap Go Meh

Diperbarui: 16 Januari 2023   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: Suasana malam Cap Go Meh di Pecinan Pekanbaru (Photo by Merza Gamal)

Rumah peninggalan orangtua Kakek Merza berada di kawasan Pecinan Pekanbaru. Bila menjelang Imlek, maka sepanjang jalanan akan dipasang lampion merah selama satu bulan penuh hingga malam Cap Go Meh. Dan, dari kecil Kakek Merza pun ikut dalam keramaian dan jamuan makan malam Cap Go Meh bersama para warga perkampungan Tionghoa atau Pecinan.

Malam Cap Gomeh adalah malam purnama setelah Tahun Baru Imlek. Cap Go Meh berasal dari dialek bahasa Hokkian yang berarti malam ke-15. Cap Go Meh lebih populer di Indonesia, Singapura dan Malaysia. Tradisi Cap Go Meh sudah ada sejak era Dinasti Han di abad 2 M. Tradisi ini kemudian terbawa ke Indonesia lewat akulturasi dari masyarakat Tionghoa peranakan.

Pada malam perayaan Cap Go Meh terjadi puncak keramaian. Cap Go Meh  secara harfiah adalah perayaan pada malam ke-15 dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek (Sincia). Pada malam tersebut semua keluarga besar akan berkumpul melewati malam dengan segala keramaian, mulai dari pertunjukan barongsai, tari-tarian dan puncaknya dengan pesta kembang api.

Image: Pesta kembang api Malam Cap Go Meh di Pecinan Pekanbaru (Photo by Merza Gamal)

Pada malam Cap Go Meh tersebut akan ditata meja-meja panjang di sepanjang jalan untuk makan malam bersama. Berbagai macam hidangan tumpah ruah malam itu, mulai dari makanan kecil hingga menu makanan utama. Hidangan yang sepertinya menjadi hidangan wajib saat malam Cap Go Meh adalah Lontong Cap Go Meh, selain itu ada pula Laksa dan Mie Lendir. Semuanya itu adalah masakan alkulturasi peranakan Tionghoa-Melayu. Biasanya makanan utama berupa bubur tidak ada, walau di hari-hari biasa warga peranakan suka makan bubur, seperti bubur ayam atau pun bubur kanji.

Dalam kepercayaan warga Tionghoa, pantang makan bubur saat awal tahun baru hingga hari ke lima belas. Alasanya, pada masa lalu, bubur dianggap sebagai makanan bagi orang miskin. Bubur dianggap akan memberikan aura negatif atau nasib buruk. Oleh karena itu, pada perayaan Imlek hingga malam Cap Go Meh, semua anggota keluarga dilarang makan bubur yang dipercaya sebagai simbol kemiskinan.

Kembali kepada makanan utama yang menjadi santapan pada jamuan makan malam keluarga besar di malam Cap Go Meh di kalangan peranakan Tionghoa yang sudah beralkulturasi dengan budaya Melayu. Hidangan yang paling utama adalah Lontong Cap Go Meh dan Laksa. Kedua hidangan tersebut ada lontongnya. Katanya, pada masyarakat China asli ada makanan yang bernama "yuanxiao" yang berbentuk panjang seperti lontong. Memakan lontong pada saat malam Cap Go Meh diibaratkan sebagai doa yang panjang dan padat untuk menjemput kehidupan di tahun baru.

laksa-nonya-03-63c3f9ab4addee036f7b91c2.jpg

Lontong Cap Go Meh agak berbeda dari sajian lontong yang biasa dihidangkan orang Melayu. Orang Melayu biasa menghidangkan lontong dengan sayur berkuah santan, seperti sayur nangka, pakis, buncis, dan sejenisnya. Sementara Lontong Cap Go Meh merupakan perpaduan lontong dengan biehoon (sejenis mihun) yang dimakan bersama opor ayam dan ditambah dengan kemangi dan telor pindang (dalam bahasa Mandari dikenal dengan "cha ye dan").

Image: Pindan telor China yang dikenal dengan "Chinese Tea Egg" atau aslinya disebut "cha ye dan" (Photo by Merza Gamal)

Hidangan utama lain adalah Laksa. Jika Lontong Cap Go Meh, topingnya adalah opor ayam ditambah dengan telor pindang, maka laksa adalah makanan berkuah yang dibuat dari santan kelapa lalu dituangkan di atas mie kemudian diberi topping tahu, udang, dan telur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline