Lingkungan bisnis saat ini semakin bergejolak, tidak pasti, kompleks, dan seringkali ambigu atau lebih dikenal dengan istilah VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous). Kondisi ini memaksa perusahaan untuk bertransformasi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pandemi global COVID-19 dan evolusi teknologi tempat kerja yang cepat telah mempercepat penerapan berbagai alternatif model kerja hybrid. Hal tersebut membuat tantangan baru dalam memantau perilaku dan kinerja insan perusahaan.
Selain itu, munculnya tenaga kerja mayoritas millennial ditambah Gen Z ikut pula menyebabkan perubahan besar dalam preferensi insan perusahaan sebagai karyawan. Banyaknya pengunduran diri pekerja berbakat dan perkembangan demografis di banyak bagian dunia, telah memperparah kondisi perusahaan dalam mendapatkan talent unggulan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McKinsey dengan mewawancarai lebih dari 100 Direktur SDM di berbagai belahan dunia, terungkap bagaimana model operasi SDM berubah untuk mendorong nilai dalam lingkungan bisnis yang bergejolak.
Sebelum orang ramai membicarakan VUCA, cara organisasi mengelola insan biasanya relatif mudah. Selama lebih dari dua dekade, perusahaan multinasional umumnya mengadopsi kombinasi mitra bisnis SDM, pusat keunggulan, dan pusat layanan bersama yang diperkenalkan Dave Ulrich (Profesor Ross School of Business, Unversity of Michigan) pada tahun 1996. Perusahaan-perusahaan terkemuka menyesuaikan ketiga elemen ini agar sesuai dengan sifat dan kebutuhan unik masing-masing organisasi.
Pada saat ini, pendekatan Dave Ulrich telah berkembang pesat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh McKinsey dapat diidentifikasi lima arketipe model operasi SDM. Kelima model tersebut muncul sebagai respons terhadap perubahan dramatis dalam bisnis dan dunia, termasuk risiko geopolitik yang meningkat, model kerja hybrid, dan munculnya tenaga kerja mayoritas milenial.
Model operasi SDM yang muncul saat ini difasilitasi oleh delapan pergeseran inovasi, Masing-masing pola dasar model operasi SDM tersebut didasarkan pada satu pergeseran inovasi besar dengan didukung oleh beberapa perubahan kecil. Para eksekutif perusahaan harus secara sadar memilih perubahan inovasi yang paling relevan untuk membantu bertransisi secara bertahap menuju model operasi yang diinginkan.
SDM memainkan peran sentral dalam menavigasi pergolakan akibat VUCA. SDM menciptakan kebutuhan akan fungsi untuk naik ke tingkat kemampuan beradaptasi dan tanggung jawab yang baru. Di lain sisi, setiap organisasi perusahaan memiliki lintasan dan model operasi SDM sendiri. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, banyak para pemimpin senior organisasi mengungkapkan bahwa mereka sedang berinovasi yang secara kolektif mengubah fungsi SDM dari "model klasik Ulrich" dengan delapan langkah berikut:
- Mengadopsi prinsip-prinsip agile culture untuk memastikan prioritas yang ketat atas kapasitas SDM yang ada dan realokasi sumber daya yang cepat saat dibutuhkan. Langkah ini memungkinkan tingkat perubahan yang lebih cepat secara mendasar dalam bisnis dan dengan orang-orang serta cara mereka bekerja.
- Memberikan pengalaman insan perushaan (EX= Employee Experience) yang mengesankan untuk memenangkan perekrutan talent unggulan di masa Great Attrition (pengunduran diri masal para talent unggulan) memungkinkan kesehatan dan ketahanan insan perusahaan.
- Memberdayakan kembali para pemimpin garis depan dalam bisnis untuk menciptakan interaksi yang berpusat pada manusia, mengurangi kompleksitas, dan mengembalikan hak keputusan ke tempatnya.
- Menawarkan layanan SDM individual untuk mengatasi ekspektasi personalisasi yang semakin bervariasi.
- Membangun penawaran dengan 'produktisasi' layanan SDM yang sesuai tujuan dengan mempertimbangkan kebutuhan bisnis. Hal tersebut memungkinkan tanggung jawab menyeluruh atas layanan tersebut melalui tim pemilik produk lintas fungsi di SDM.
- Mengintegrasikan desain dan pengiriman dengan akuntabilitas end-to-end untuk menangani prioritas SDM strategis secara efektif, mengurangi bolak-balik, dan memperjelas kepemilikan.
- Melakukan peralihan dari keunggulan proses kepada keunggulan data untuk memanfaatkan sumber pengambilan keputusan baru menggunakan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin.
- Mengotomasi solusi SDM untuk mendorong efisiensi dan memanfaatkan kekuatan digitalisasi dalam SDM.
Pergeseran inovasi di atas mendorong munculnya model operasi SDM baru, meskipun dengan tingkat pengaruh yang berbeda tergantung pada sifat masing-masing organisas. Kedelapan pergeseran inovasi tersebut telah memungkinkan perusahaan untuk memikirkan kembali bagaimana mereka mengelola para insan mereka dan cara terbaik untuk melakukannya.
Ada lima model operasi SDM yang muncul belakangan ini. Kelima model tersebut semuanya diaktifkan oleh dua elemen inti, yaitu: tulang punggung data yang kuat dan konsisten; serta tulang punggung layanan yang mudah digunakan dan sangat andal. Berikut secara ringkas kelima model yang muncul belakangan ini.
Model Ulrich+