Banyak pihak meramalkan tahun baru 2023 merupakan tahun depresi akibat resesi ekonomi yang hebat. Resesi ekonomi terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan di pasar, dipicu oleh faktor eksternal atau internal. Salah satu definisi populer tentang resesi adalah kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Resesi sering menyebabkan (atau mengikuti) penurunan besar dalam harga aset.
Berikut kita bisa belajar dari dua kasus krisis yang terjadi, yakni krisis keuangan Asia pada tahun 1997/1998 dan resesi hebat pada tahun 2008.
Krisis keuangan Asia terjadi akibat oleh ketidakseimbangan karena terlalu banyak uang yang diinvestasikan di pabrik-pabrik. Perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara, pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, menginvestasikan sejumlah besar uang untuk membangun pabrik guna membuat produk untuk diekspor. Kondisi tersebut menciptakan terlalu banyak kapasitas, namun pabrik tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan peralatan baru yang dibiayai oleh kredit. Akibatnya, mereka tidak dapat melunasi hutang mereka. Akhirnya terjadi resesi ketika banyak perusahaan mulai mengalami kesulitan keuangan yang serius.
Sementara itu, resesi tahun 2008 terutama disebabkan oleh ketidakseimbangan karena bank meminjamkan lebih banyak uang kepada pembeli rumah daripada yang mampu dibayar kembali oleh para kreditur. Saat harga rumah terus naik, ketidakseimbangan itu tidak menjadi masalah. Namun, pada saat harga rumah mulai turun pemilik rumah berjuang untuk membayar kredit mereka, dan bank mulai mengalami masalah keuangan. Kondisi tersebut akhirnya memicu resesi.
Dari kedua contoh kasus resesi terjadi karena adanya ketidakpastian. Pada saat ini, kita kembali menghadapi ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi karena iklim ekonomi pasca Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan berbagai tingkat kesiapan dan kesehatan, serta disertai dengan kondisi geopolitik yang memanas.
Kondisi perusahaan-perusahaan saat ini terbagi dalam salah satu dari empat kategori berikut:
- Perusahaan yang siap untuk berkembang. Perusahaan-perusahaan ini memiliki bisnis-bisnis yang mengalami permintaan yang relatif stabil untuk produk-produk bermargin tinggi. Mereka juga dengan mudah menarik dan mempertahankan talent, serta memiliki rantai pasokan yang sederhana. Sementara itu, dari perspektif keuangan, mereka memiliki neraca yang kuat, leverage (hutang) yang rendah, dan banyak uang tunai. Perusahaan-perusahaan seperti itu adalah sedikit yang beruntung.
- Perusahaan yang rentan terhadap perlambatan ekonomi. Perusahaan-perusahaan ini memiliki rantai pasokan yang lebih rumit, pangsa pasar yang lebih kecil karena adanya pesaing baru, dan margin yang lebih tipis karena inflasi. Perusahaan-perusahaan seperti ini dapat memutuskan untuk melakukan reformasi.
- Perusahaan yang harus berjuang untuk bertahan dari resesi. Perusahaan-perusahaan ini memiliki neraca yang sarat dengan utang, cadangan kas yang rendah, dan potensi paparan tinggi terhadap gangguan geopolitik yang tidak stabil.
- Perusahaan baru yang masih berfokus pada pertumbuhan dan pangsa pasar daripada keuntungan. Tantangan bagi Perusahaan-perusahaan ini memiliki tantangan berputar untuk mendapatkan keuntungan, karena dana biasanya mengering dalam resesi.
Perusahaan-perusahaan pada keempat kategori tersebut harus fokus membangun ketahanan sistemik. Perusahaan mana pun dapat memperoleh manfaat dari menempatkan beberapa elemen pertahanan utama, seperti pemotongan biaya, penyesuaian harga, penghematan kas, dan menopang rantai pasokan. Taktik ofensif juga bisa berguna; ini termasuk merger dan akuisisi terprogram, pembangunan bisnis baru, dan daya tarik dan retensi bakat yang lebih baik.
Beberapa pakar ekonomi menyatakan bahwa terjadinya resesi merupakan harga dalam melakukan bisnis pada sistem kapitalis. Mungkinkah bisa mempredikasi kapan resesi akan terjadi, sehingga dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, bisnis, dan individu untuk mengatur kehidupan eknominya? Akan tetapi meramal masa depan selalu merupakan proposisi yang berisiko dan tidak pasti.
Resesi terjadi akibat ketidakseimbangan pasar yang dapat dipicu oleh geopolitik, siklus ekonomi, dan banyak kekuatan lainnya. Pada setiap resesi, sektor keuangan pasti selalu terlibat. Biasanya, resesi dimulai pada satu wilayah geografis dan menyebar ke wilayah lainnya. Pada era new normal, volatilitas semakin tinggi di lingkungan bisnis dan ikut mendorong resesi ekonomi.
Seperti masalah kesehatan dalam kehidupan kita, resesi pada titik tertentu cenderung menghadapi semacam masalah, baik kecil maupun besar. Semakin sehat kita, maka semakin besar kemungkinan kita untuk melewati masa krisis dengan baik. Semakin sehat bisnis hari ini, besok, dan kuartal berikutnya, maka semakin tangguh kita dalam menghadapi penurunan. Semua itu karena kita memiliki penyangga untuk menghadapi tantangan baru yang tidak terduga.