Pada tahun 2022, setelah pandemi Covid-19 berjalan selama dua tahun, di dunia kerja viral tentang Quite Quitting (berhenti secara diam-diam), dan Quite Firing (pemecatan diam-diam).
Quite quitting menggambarkan penarikan psikologis seorang insan perusahaan dari organisasinya, akibat tidak engaged (terlibat) dalam pekerjaan atau memiliki keseimbangan kehidupan kerja yang buruk. Insan tersebut tidak benar-benar meninggalkan perusahaan, tetapi mereka tidak lagi memberikan upaya terbaiknya.
Quite firing adalah bentuk pengabaian yang secara perlahan mendorong insan perusahaan keluar dari pekerjaannya. Pemecatan diam-diam menggambarkan bagaimana seorang manajer gagal memberikan pelatihan, dukungan, dan pengembangan karir yang memadai kepada seorang insan sebagai anggota tim. Akibatnya, insan tersebut keluar dari perusahaan.
Sebagai seorang manajer, apakah Anda merasa bersalah atas pemecatan secara diam-diam? Dalam skenario terburuk, pemecatan diam-diam terjadi ketika manajer mengizinkan seorang insan untuk memiliki pengalaman yang benar-benar beracun di tempat kerja atau menyedihkan di perusahaan sebagai cara untuk memeras mereka. Perlakuan tersebut merupakan bentuk gaslighting, dan itu sebenarnya sangat merugikan perusahaan untuk menuju sustainable competitive advantage (kemampuan bersaing berkelanjutan) di dunia bisnis.
Walaupun, mungkin quite firing merupakan praktik umum di sebagian tempat kerja saat ini, tetapi hal tersebut bukanlah kepemimpinan yang baik, produktif, atau hal yang benar untuk dilakukan. Quite firing, sebenarnya, menodai reputasi perusahaan Anda sebagai tempat yang baik untuk bekerja, meracuni kepercayaan tim, dan bahkan dapat merusak kemampuan perusahaan untuk membuat pelanggan senang saat top talent pergi ke perusahaan lain.
Terjadinya quite firing sebagai respon dari quite quitting di tempat kerja saat ini adalah karena orang-orang yang baik dan bermaksud baik yang tidak menjadi manajer. Banyak manajer diangkat bukan karena kompetensi dan kapabilitas mereka, tetapi semata-mata karena kedekatan dengan pejabat penunjuknya menjadi seorang manajer.
Manajer yang melakukan quite firing atau diam-diam memecat anggota tim mereka adalah seorang pimpinan yang tidak membantu sub ordinatnya tampil, berkembang, dan merasa dihargai atas kontribusi mereka. Manajer yang demikian, sejatinya, bukanlah seorang pemimpin (leader), tetapi hanya seorang pimpinan yang tidak punya kompetensi dan kapabiliitas..
Manajer-manajer seperti itu bisa saja tidak secara aktif beracun atau langsung menyakitkan. Mereka bahkan mungkin terlihat sangat peduli dengan anggota tim mereka. Akan tetapi, di lapangan mereka lebih sering absen daripada hadir. Mereka lebih teralihkan oleh politik organisasi daripada terlibat dalam membangun tim dan lebih tidak konsisten dengan target (goals) mereka. Pada saat insan perusahaan tidak mendapatkan arahan tentang prioritas kerja mereka, pengembangan berkelanjutan dan kemajuan karir jangka panjang, artinya mereka sedang dalam proses untuk berhenti.
Quite firing adalah sebuah gambaran bagaimana seorang manajer gagal memberikan pelatihan, dukungan, dan pengembangan karir yang memadai kepada seorang insan perusahaan, yang mengakibatkan insan tersebut pergi dari perusahaan.
Dari berbagai data lapangan, terdapat tiga kesalahan serius seorang manajer yang sering membuat anggota tim berhenti diam-diam (quite quitting), bahkan bagi top talent perusahaan pergi secara terang-terangan. Ketiga kesalahan serius tersebut adalah sebagai berikut: