Sejumlah tantangan yang dihadapi organisasi di tahun 2022 muncul dari berbagai faktor. Faktor-faktor menantang tersebut antara lain: krisis pandemi Covid-19 yang kunjung berakhir, inflasi tinggi, hambatan ekonomi, geopolitik yang tidak stabil, dan permintaan stakeholders yang berubah dengan cepat. Saat kita memasuki tahun 2023, bagaimana para pemimpin dapat menyeimbangkan tuntutan langsung dengan pengejaran jangka panjang pertumbuhan?
Untuk itu, kita harus memastikan bahwa kita memahami dengan sangat jelas 80 persen aktivitas yang diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah itu, atur aktivitas tersebut untuk memberi pola pikir pertumbuhan dan mentalitas kepada anggota tim. Pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif membutuhkan pola pikir, strategi, dan kemampuan yang tepat.
Seorang CEO dan pemimpin bisnis tentunya menginginkan pertumbuhan, tetapi bagi banyak orang, hal itu tetap sulit dipahami. Dari statistik antara tahun 2010 dengan 2019, sekitar 25% perusahaan tidak tumbuh sama sekali, dan hanya satu dari delapan (12,5%) perusahaan yang mencapai pertumbuhan pendapatan lebih dari 10 persen setiap tahunnya. (Sumber: Corporate Performance Analytics by McKinsey and regulatory filings, S&P Global, for the period 2010--2019.)
Namun demikian, bukan berarti pertumbuhan yang menguntungkan dan berkelanjutan tidak mungkin terjadi. Dan, semua itu tergantung pada "pilihan" masing-masing pemimpin perusahaan.
Apakah Anda, sebagai seorang pemimpin, membuat pilihan eksplisit untuk berkembang?
Atau apakah Anda memberikan basa-basi untuk ambisi pertumbuhan Anda dengan membiarkan tekad Anda goyah jika keuntungan tidak segera didapat?
Pengambilan keputusan di setiap area bisnis dipengaruhi oleh pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif, dan menguntungkan. Pertumbuhan menjadi oksigen bagi organisasi, memberi kekuatan kepada budaya, meningkatkan ambisi, dan menginspirasi tujuan. Pemimpin pertumbuhan menghasilkan nilai pemegang saham 80 persen lebih banyak daripada rekan-rekan mereka selama periode sepuluh tahun terakhir. Selain itu, juga menciptakan nilai pemegang saham, pertumbuhan menarik talent, memupuk inovasi, dan menciptakan lapangan kerja.
Pilihan untuk tumbuh adalah hal yang terpenting, dan menjadi ranah bagi setiap pemimpin, terlepas darijenis industri atau iklim ekonomi. Banyak perusahaan dengan pertumbuhan tinggi, termasuk Hewlett-Packard, Burger King, Hotel Hyatt, Microsoft, dan Airbnb, didirikan pada saat terjadinya kemerosotan ekonomi. Mereka juga telah mencapai pertumbuhan yang mengesankan selama masa penurunan ekonomi.
Sebuah contoh pertumbuhan sukses pada masa resesi, dapat kita pelajari pada sebuah perusahaan retail yang berbasis di AS. Perusahaan tersebut berhasil memberikan pertumbuhan ketika dua resesi terjadi pada tahun 2000 dan 2008. Pada tahun 2000, target mereka menggandakan investasi pertumbuhan, menambahkan lokasi, produk, dan kemitraan baru; hasilnya pertumbuhan dua digit untuk penjualan dan laba. Pada tahun 2008, target mereka menganalisis tren pelanggan dan memperluas penawaran makanannya dengan memasukkan lebih banyak daging segar dan hasil bumi; hasilnya sejak saat itu pendapatan tahunan mereka bertambah miliaran dolar. Pada tahun 2020, target mereka untuk mencapai rekor pertumbuhan selama pandemi COVID-19 dengan berinvestasi secara konsisten dalam layanan online dan mempercepat kemampuannya untuk menggunakan toko sebagai pusat distribusi dan memungkinkan penjemputan pesanan online dari tempat parkir mereka.
Para pemimpin yang memilih pertumbuhan dan mengungguli kompetitor, mereka menyelaraskan pola pikir, strategi, dan kemampuan bersama. Mereka tidak hanya berpikir, bertindak, dan berbicara secara berbeda. Mereka secara aktif melacak indikator pertumbuhan terdepan dan tertinggal guna menghubungkan aspirasi mereka dengan indikator kinerja utama (KPI/ Key Performance Indicator) yang jelas dan terukur. Mereka mengeksplorasi dan berinvestasi dalam peluang, baik di dalam maupun di luar bisnis inti mereka.