Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Menulis Buku Catatan Kehidupan

Diperbarui: 1 Oktober 2022   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup itu seperti BUKU, tiap halamannya selalu ada BAB baru dan tiap BAB berisi "mata pelajaran" baru, yang pada akhirnya berisi "rangkuman".

Dari rangkuman itulah kita belajar menelaah kembali halaman demi halaman untuk masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita merenungkan kembali bahwa setiap apa yang kita lakukan akan terekam dan tercatat dalam buku catatan kehidupan.

Setiap diri kita akan menemukan takdirnya masing-masing. Dalam beragam pilihan yang kita putuskan, dipandu harapan masa depan yang kita impikan, terhadap kejadian dan keadaan yang Allah sajikan.

Untuk itu, apa pun pilihan impian yang hendak kita tuliskan di buku catatan kehidupan menjadi pemenuhan takdir yang Allah tawarkan. Buku yang dikenang, setelah jauh kita berpulang. Buku yang meringankan perjalanan di hari perhitungan.

Jangan pernah merasa rugi melakukan sesuatu kebaikan, karena sesungguhnya Allah akan memberi kita rezeki pada suatu hari yang tidak pernah kita kira akan memilikinya.

Optimislah saat segala urusan terasa sulit, karena Allah telah bersumpah dua kali "Sesungguhnya sebuah kesulitan bersama kemudahan, sesungguhnya sebuah kesulitan bersama kemudahan". (QS. Al-Insyirah 94: 5-6)

Sadarilah, mengapa ada manusia mencintai kehidupan dan membenci kematian? Karena kehidupan adalah kebohongan yang indah, sedangkan kematian adalah kenyataan yang menyakitkan.

Kita tidak tahu setelah Allah merahmati kita, apalagi yang bisa membuat kita masuk surga? Apakah itu rukuk dan sujud atau sedekah, atau air yang kita berikan, atau darah yag kita donorkan, atau keperluan orang beriman yang kita tunaikan, atau doa, ataukah dzikir kita? Oleh karena itu, maka beramal lah dan jangan mempertikaikannya!

Letakkan sedikit perasaan pada akal agar dia lembut dan letakkan sedikit akal pada perasaan agar dia lurus. Takjublah kepada hati yang menerima kesakitan dengan diam, dan menilai kesalahan orang lain dengan niat yang baik.

Ketika kita meyakini bahwa setelah  kesengsaraan adalah sebuah kebahagiaan dan setelah air mata yang mengalir adalah senyuman, maka sesunggunhnya kita telah melaksanakan ibadah yang amat agung yaitu berprasangka baik kepada Allah, Tuhan Sang Maha Pencipta Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline