Beberapa hari terakhir, setiap pagi berita utama baru menggarisbawahi kekhawatiran ekonomi yang berkembang, yakni: Inflasi tertinggi sejak tahun 1970-an. Bank sentral secara agresif menaikkan suku bunga.
Sentimen konsumen pada rekor terendah. Harga komoditas mendekati level tertinggi sepanjang masa. Inflasi telah mengubah suasana ekonomi, dan berpotensi mengatur ulang jalur ekonomi global dan nasional di seluruh dunia pada tahun-tahun mendatang.
McKinsey telah memeriksa banyak implikasi strategis dari inflasi dengan menggunakan data terbaik dan terbaru yang tersedia untuk umum berdasarkan tujuh grafik yang menggambarkan kemajuan berbahaya inflasi.
Dalam enam bulan terakhir, inflasi jauh melebihi ekspektasi Desember 2021. Di banyak negara, tingkat aktual telah menggandakan proyeksi. Negara-negara Eropa sangat terpengaruh. Misalnya, inflasi di Lituania berjalan pada 15,5 persen per tahun, hampir lima kali lipat dari tingkat yang diharapkan.
Polandia berada pada 11 persen dan Inggris pada 9 persen, keduanya jauh di atas proyeksi. Pada 3 persen, Swiss adalah outlier. Asia, termasuk Indonesia terihat perubahan yang tidak terlalu parah: inflasi India sekitar 7 persen, hanya sedikit di atas proyeksi; dan Korea Selatan di 5 persen.
Di Cina dan Jepang, inflasi tetap diredam. Sementara itu, tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Juni 2022 mencapai 4,35% (year-on-year/yoy) merupakan yang tertinggi sejak Juni 2017.
Bank sentral di seluruh dunia dalam menanggapi kenaikan inflasi yang mengkhawatirkan, menaikkan suku bunga pinjaman bank inti mereka. Sejauh ini, bagaimanapun, kenaikan suku bunga di sebagian besar negara belum menyamai laju inflasi.
Kenaikan suku bunga diperkirakan akan mengurangi permintaan dan menurunkan harga untuk dua komponen penting dari inflasi utama: perumahan dan komoditas seperti energi dan logam.
Harga perumahan naik tajam bahkan sebelum gelombang inflasi 2022, karena pandemi mendorong perombakan besar-besaran real-estate. Harga rumah melonjak jauh melampaui ekspektasi dalam fenomena yang cukup global. Di Eropa, pemilik rumah Turki melihat keuntungan terbesar, diikuti oleh pemilik rumah di Republik Ceko dan Lithuania.
Di Asia-Pasifik, Selandia Baru dan Australia mencatatkan keuntungan besar. Di Amerika Utara, Amerika Serikat dan Kanada sama-sama diuntungkan dari lonjakan tersebut; Meksiko tidak. Di Kolombia, salah satu dari tiga negara Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) di Amerika Selatan, perolehannya kecil.