Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Apakah Bekerja Secara Virtual Merupakan Ancaman bagi Budaya Perusahaan?

Diperbarui: 31 Mei 2022   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image:Hybrid virtual meeting meruapak hal umum dalam bekerja saat ini (by Merza Gamal)

Walau pun pandemi Covid-19 mereda, dan kita memasuki pun era next normal. Bekerja jarak jauh secara virtual yang menjadi poros utama pekerjaan selama pandemi, tampaknya tidak akan sepenuhnya hilang pada era next normal. Banyak pekerjaan yang ternyata bisa diselesaikan secara virtual  dan tidak diperlukan lagi setiap hari harus berada di kantor. Sistem kerja campuran antara di kantor dan WFH menjadi pilihan banyak perusahaan besar saat ini (hybrid system)

Dengan banyaknya pekerjaan jarak jauh (WFH) secara virtual, semakin penting bagi organisasi perusahaan untuk mengklarifikasi corporate culture (budaya perusahaan) mereka dan mengelolanya melalui pengalaman insan perusahaan.

Benang merah dan norma sosial yang sebelumnya menyatukan insan perusahaan tidak sama lagi karena banyak insan perusahaan bekerja dari rumah dan ada ketidakpastian baru di setiap sudut.

Budaya dapat dipahami sebagai "bagaimana kita melakukan sesuatu di sekitar kita". Kondisi saat ini sangat berbeda darisebelumnya dan caranya berubah hampir setiap hari. Hal tersebut membawa risiko terukur pada bisnis, dengan penelitian yang menunjukkan dampak langsung pada rasa memiliki insan perusahaan dan merek pekerjaan secara keseluruhan.

Bagi banyak insan perusahaan, pekerjaan jarak jauh jangka panjang mungkin lebih disukai. Dengan WFH, waktu perjalanan ke kantor menjadi berkurang, tetapi peluang untuk membangun hubungan yang kritis di tempat kerja juga menjadi berkurang.

Penelitian Gallup menemukan bahwa insan perusahaan yang tidak bekerja di lokasi yang sama dengan manajer mereka mengalami hal-hal sebagai berikut:

  • 10 poin persentase lebih kecil kemungkinannya untuk mengatakan bahwa seseorang peduli dengan mereka di tempat kerja;
  • 10 poin lebih kecil kemungkinannya untuk mengatakan bahwa mereka diakui atas kontribusi mereka;
  • lima poin lebih kecil kemungkinannya untuk merasa pendapat mereka diperhitungkan.

Dan bagi orang-orang dengan preferensi mutlak untuk bekerja secara langsung, efek pelepasan dari pekerjaan jarak jauh bisa sama seriusnya dengan produktivitas 17% lebih rendah dan tingkat perputaran pekerja menjadi 24% lebih tinggi.

Data Gallup juga menunjukkan bahwa bahkan tanpa dipaksa untuk bekerja secara virtual, sekitar 60% insan perusahaan (virtual atau tidak) tidak dapat sepenuhnya setuju bahwa mereka tahu apa yang diperjuangkan perusahaan mereka. Insan perusahaan yang bekerja secara virtual bahkan lebih terputus dari komponen budaya inti. Pekerja dari jarak jauh secara virtual, tujuh poin persentase lebih kecil kemungkinannya untuk melihat hubungan mereka dengan misi perusahaan.

Ketika insan perusahaan tidak selaras dengan apa yang diperjuangkan perusahaan mereka, reputasi perusahaan mereka dipertaruhkan karena tidak memahami arah perusahaan mereka dan merasa dijauhkan oleh perubahan. Hal tersebut dapat menimbulkan komentar negatif dari pelanggan penting yang membuat kredibilitas perusahaan dipertanyakan.

Bekerja secara virtual memang mempunyai banyak sisi positif, namun harus disertai dengan upaya organisasi untuk mengklarifikasi apa budaya perusahaan mereka dan dengan sengaja mengelola kejelasan ini melalui pengalaman insan perusahaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline