Corporate Culture (budaya organisasi perusahaan) merupakan landasan bagi semua insan dan semua yang ada di perusahaan. Dari situlah bisnis yang berkelanjutan tumbuh.
Akan tetapi, banyak leader (pemimpin) perusahaan yang bermaksud baik tidak memprioritaskan budaya mereka selama disrupsi; sebaliknya, mereka fokus pada menjaga aset dan memaksimalkan efisiensi.
Tentu saja, para pemimpin harus melindungi asset dan memaksimalkan efisiensi agar perusahaan tidak terdistrupsi. Akan tetapi para leader terbaik tidak tetap dalam mode defensive, mereka bermain menyerang dengan mengakui pentingnya membangun budaya perusahaan yang kuat dan mendedikasikan sumber daya untuk inisiatif yang mendukungnya.
Artinya, seorang leader dalam memperlakukan gangguan ibarat bahan bakar untuk pertumbuhan jangka panjang.
Sering terjadi di lapangan bahwa shared values (nilai-nilai perusahaan yang disepakati) tidak jelas. Sesuai dengan survey Gallup, hanya 23% insan perusahaan yang sangat setuju bahwa mereka dapat menerapkan nilai-nilai organisasi mereka ke dalam pekerjaan mereka setiap hari.
Kondisi tersebut merupakan masalah besar bagi perusahaan, karena culture yang digerakkan oleh values lebih siap untuk menavigasi krisis. Penyelarasan pada nilai-nilai inti dapat mempertajam pengambilan keputusan dan mendorong perilaku yang berorientasi pada misi. Nilai-nilai yang kuat memungkinkan para leader untuk tetap selaras dalam komunikasi dan pengiriman pesan kepada tim. Artinya, nilai-nilai yang jelas seperti tanda yang memandu insan perusahaan dan menerangi jalan di depan.
Seorang pemimpin harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu shared values, yaitu nilai-nilai bersama yang ditetapkan atau disepakati untuk menjadi nilai budaya perusahaan. Strategi yang dapat dilakukan untuk itu adalah:
Pertama, pastikan bahwa Anda memahami tentang apa nilai-nilai organisasi Anda.
Apakah ada keselarasan di antara kepemimpinan?
Apakah ada kesenjangan atau penyesuaian yang diperlukan?