Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Meraih Pahala Besar setelah Ramadhan

Diperbarui: 14 Mei 2022   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: Meraih pahala besar setelah Ramadhan berlalu (by Merza Gamal)

Tak terasa 13 hari Ramadhan berlalu. Banyak pahala yang bisa kita raih dari amalan Ramadhan kita. Lalu bagaimana selanjutnya, apa pahala besar yang bisa kita raih di luar Ramadhan?

Berdiam di masjid untuk bertaqarrub kepada Allah (walau hanya sebentar) termasuk ibadah yang besar pahalanya lagi tinggi nilainya. Bagaimana tidak, saat kita melakukannya, semua kebaikan dari amalan di masjid akan kita dapatkan: kebaikan dari menjaga wudhu, kebaikan zikrullah dan doa.

Kemudian, kebaikan menunggu waktu shalat, kebaikan mendengarkan dan menjawab azan, kebaikan doa di antara azan dan iqamat, kebaikan shalat berjamaah, kebaikan takbir bersama imam, kebaikan zikir setelah shalat, kebaikan doa-doa malaikat yang mendoakan kita, dan lainnya.

Semakin sering kita melakukannya, terkhusus lagi pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, semakin berkali lipat pula pahala dan keberkahan yang bisa kita dapatkan.

Namun, tahukah saudaraku, ada "amalan ringan" yang nilai kebaikannya melebihi itu semua? Amalan itu adalah membantu orang lain sehingga hajatnya terpenuhi. Ya, membantu sesama; memasukkan rasa bahagia ke dalam hatinya, melalui apa saja yang kita miliki, bukan harus berupa harta atau materi.

Terkait hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Adapun amal yang paling dicintai Allah adalah memasukan rasa bahagia ke dalam hati seorang Muslim. 

Atau, engkau menghilangkan suatu kesulitan (darinya), atau engkau melunasi utangnya, atau menghilangkan kelaparan (semua amalan ini adalah bagian dari sedekah yang utama). Sesungguhnya, aku berjalan bersama salah seorang saudaraku untuk (menunaikan) kebutuhannya lebih aku sukai daripada beri'tikaf di masjidku ini (Masjid Nabawi) selama satu bulan.

Dan, siapa yang menghentikan amarahnya, niscaya Allah akan menutupi kekurangannya. Dan, siapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya, niscaya Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada Hari Kiamat.

Dan, siapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu, niscaya Allah akan meneguhkan kakinya pada hari ketika tidak bergemingnya kaki-kaki (Hari Perhitungan)." (HR Ath-Thabrani dari Abdullah bin Umar ra.)

Ketika membaca hadits ini, pikiran kita jangan langsung tertuju kepada orang yang jauh dari kita. Ada orang di rumah yang lebih berhak untuk kita dahulukan (prioritaskan) pemenuhan hajatnya: orangtua kita, istri atau suami kita, anak-anak kita, saudara kita, atau khadimat di rumah kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline