Ramadhan telah berlalu. Tidak ada yang menyangkal bahwa Ramadhan adalah bulannya ibadah: bulan shaum, shalat, tilawah, sedekah, zikir dan doa, serta bulannya aneka ketaatan. Maka, teramat pantas apabila orang berlomba-lomba untuk menjauhi aneka kemaksiatan dan menunaikan beragam ketaatan agar mendapatkan pahala terbaik dari Allah Ta'ala.
Bagaimana dengan bulan-bulan setelahnya?
Boleh jadi, pahala atas ibadah di luar Ramadhan tidak sedahsyat saat Ramadhan. Namun, itu bukan alasan bagi kita untuk beribadah sekadarnya. Apalagi jika sampai terbetik di dalam hati keinginan untuk kembali mencicipi kemaksiatan setelah Ramadhan dan lalu memperturutkannya.
Siapa melakukannya, boleh jadi berlakulah apa yang dikatakan oleh Ka'ab bin Malik ra. sebagai berikut; "Siapa berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian terbetik di dalam hatinya bahwa setelah lepas dari Ramadhan dia akan bermaksiat kepada Rabbnya. Maka, sungguh puasanya itu tertolak (tidak bernilai apa-apa)." (Lahtaiful Ma'arif Imam Ibnu Rajab)
Hal ini artinya, baik pada bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan, seorang Mukmin layak untuk mempersembahkan amal-amal terbaik kepada Rabbnya. Bukankah Ramadhan akan selalu berlalu sedangkan Allah, Zat Pemilik bulan Ramadhan, senantiasa abadi?
Maka, siapa mampu istiqamah dalam ketaatan di sepanjang tahun, dia termasuk manusia beruntung. Dan, siapa mengabaikannya dia termasuk manusia yang merugi. Bisyr bin Harits Al-Hafi rahimahullh menasihatkan: "Di antara seburuk-buruk orang adalah dia yang tidak mengenal Allah Ta'ala dengan sebenarnya, kecuali pada bulan Ramadhan. Adapun orang saleh adalah dia yang beribadah dan bersungguh-sungguh di sepanjang tahun." (Lahtaiful Ma'arif Imam Ibnu Rajab)
Bagi orang yang istiqamah, puncak keberuntungan di dunia akan pula dia dapatkan. Apakah itu? Kematian husnul khatimah. Allah Ta'ala jadikan akhir hayatnya sebagai sebaik-baik keadaan. Allah Ta'ala tampakan surga sebagai tempat kembalinya yang abadi.
Dalam sebuah tulisannya, Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaily menukilkan perkataan para ulama: "Siapa menjadikan hari-hari hidupnya layaknya hari-hari pada bulan Ramadhan, niscaya Allah Ta'ala akan menjadikan akhir hidupnya bagaikan hari raya (penuh kebahagiaan dan kemenangan)." (Fikih Muamalah Maliyah)
Di sini kita pun layak untuk menyimak untaian nasihat yang disampaikan oleh Al-Imam Hasan Al-Bashri. Beliau berkata: "Wahai kaum Muslim, rutinlah dalam beramal, rutinlah dalam beramal. Ingatlah! Allah tidaklah menjadikan akhir dari seseorang beramal selain kematiannya."
"Jika setan melihatmu kontinu (istiqamah) dalam ketaatan, dia akan menjauhimu. Namun, jika setan melihatmu beramal lalu engkau meninggalkannya setelah itu, atau hanya melakukannya sesekali saja, niscaya dia akan semakin tamak untuk menggodamu." (Al-Mahjah f Sayrid Duljah, Imam Ibnu Rajab)