Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Ketahanan Psikologis Mencegah Sindrom Burnout Insan Perusahaan

Diperbarui: 5 Februari 2022   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi burnout kerja. (sumber: UNSPLASH/TIM GOUW via kompas.com)

Selama dua tahun terakhir, di masa pandemi Covid-19, insan perusahaan berulang kali menunda rencana liburan. Para insan yang kelelahan (burnout) tidak hanya buruk bagi moral perusahaan tetapi juga bagi profit bisnis. 

Para eksekutif menyadari hal tersebut, dan sekarang mengharuskan staf mereka untuk mengambil liburan. 

Misalnya, CEO salah satu perusahaan teknologi meluncurkan kebijakan yang disebut "Operasi Chillax," (The New York Time, 24 Desember 2021) yang memerintahkan pekerja untuk mengambil cuti selama seminggu.

Sementara itu, pemimpin perusahaan lain telah meminta insan perusahaan untuk beristirahat secara teratur sepanjang tahun. Untuk mencegah insan perusahaan yang kelelahan pergi, majikan mensponsori cuti panjang, yang mendorong peningkatan kreativitas dan loyalitas kepada perusahaan, kata mereka.

Pada 2019, hanya 5% pengusaha yang menawarkan cuti panjang. Namun baru-baru ini, beberapa bank terkemuka (bersama dengan perusahaan kecil) juga mulai menawarkannya. 

Seorang manajer mengatakan cuti panjang memungkinkan insan perusahaan yang mempertimbangkan peluang kerja lain untuk memastikan bahwa "jika mereka pergi, mereka pergi karena alasan yang benar." [The Wall Street Journal, 7 Januari 2022]

Menurut survei McKinsey, sejak awal pandemic Covid-19, hampir setengah dari insan perusahaan yang disurvei menyatakan mereka kelelahan (burnout).

WHO mendefinisikan "burnout" sebagai sindrom akibat stres kronis di tempat kerja yang ditandai dengan kelelahan atau kekurangan energi, perasaan negatif atau sinis terkait pekerjaan, dan penurunan efektivitas (WHO International Classification of Diseases, 2019). 

Saat dunia terus bergulat dengan krisis Covid-19, emosi dan respons psikologis terhadap periode ketidakpastian yang berkepanjangan dapat berdampak signifikan pada upaya pemulihan.

Namun dibalik itu, kabar baiknya adalah bahwa ketahanan psikologis dapat dipelajari, dan penelitian menunjukkan bahwa orang yang melaporkan ketahanan yang lebih tinggi secara fisik lebih sehat, lebih produktif, lebih bahagia, dan memiliki hubungan yang lebih dekat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline