Dalam lingkungan risiko yang semakin berbahaya dan berpotensi menghilangkan pendapatan perusahaan, apalagi seperti kondisi saat pandemi Covid-19 yang seakan tiada akhir, dewan direksi perlu membantu mengarahkan perusahaan mereka menuju ketahanan dan nilai dengan menanamkan kapabilitas risiko strategis di seluruh organisasi.
Sebagian besar eksekutif perusahaan menangani risiko dengan cukup serius. Akan tetapi, para eksekutif perusahaan tidak dapat menghindari jenis krisis yang dapat menghancurkan nilai, merusak reputasi, dan bahkan menjatuhkan perusahaan seperti krisis pandemi Covid-19 ini.
Para eksekutif perusahaan telah berusaha untuk menerapkan proses dan struktur pengawasan terkait risiko yang lebih menyeluruh untuk mendeteksi dan memperbaiki pelanggaran keamanan, kesalahan operasional, dan penggeluaran biaya berlebihan jauh sebelum menjadi bencana besar.
Proses dan struktur pengawasan, meskipun penting, hanyalah bagian dari keseluruhan roda operasional.
Beberapa organisasi telah menemukan bahwa krisis dapat terus muncul ketika mereka mengabaikan untuk mengelola sikap dan perilaku garis depan insan perusahaan yang merupakan garis pertahanan pertama mereka terhadap risiko.
Oleh karena itu, perlu dibangun budaya risiko pada setiap insan perusahaan. Budaya risiko merupakan suatu lingkungan di mana keputusan insan yang mengatur kegiatan sehari-hari setiap organisasi dibuat; bahkan keputusan yang kecil dan tampaknya tidak berbahaya bisa menjadi sangat penting.
Memiliki budaya risiko yang kuat tidak berarti mengambil risiko lebih sedikit. Perusahaan dengan budaya risiko yang paling efektif, pada kenyataannya ialah yang mengambil banyak risiko, memperoleh bisnis baru, memasuki pasar baru, dan berinvestasi dalam pertumbuhan organik. Mereka yang memiliki budaya risiko yang tidak efektif mungkin mengambil terlalu sedikit kesempatan bisnis.
Para eksekutif perusahaan saat ini menavigasi lingkungan yang kompleks yang berubah dengan kecepatan yang terus meningkat. Teknologi digital mendasari banyak perubahan. Model bisnis sedang diubah oleh gelombang otomatisasi baru berdasarkan robotika dan kecerdasan buatan yang dipercepat dengan adanya pandemi Covid-19.
Produsen dan konsumen membuat keputusan lebih cepat, dengan preferensi yang berubah di bawah pengaruh media sosial dan berita yang sedang tren.