Dalam beberapa dekade terakhir, rantai nilai (value chain) telah tumbuh panjang dan kompleks karena perusahaan berkembang di seluruh dunia dalam mengejar peningkatan margin.
Sejak tahun 2000, nilai barang setengah jadi yang diperdagangkan secara global telah meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari USD10 triliun per tahun.
Bisnis yang berhasil menerapkan model manufaktur global yang ramping mencapai peningkatan dalam indikator seperti tingkat inventaris, pengiriman tepat waktu, dan waktu tunggu yang lebih singkat.
Namun, pilihan model operasi value chain terkadang menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan jika tidak dikalibrasi terhadap paparan risiko.
Jaringan produksi yang rumit dirancang untuk efisiensi, biaya, dan kedekatan dengan pasar tetapi tidak harus untuk transparansi atau ketahanan. Sekarang mereka beroperasi di dunia di mana gangguan adalah kejadian biasa.
Rata-rata di seluruh industri, perusahaan sekarang dapat memperkirakan gangguan rantai pasokan (supply chain) yang berlangsung sebulan atau lebih akan terjadi setiap 3,7 tahun, dan peristiwa paling parah memakan korban keuangan yang besar.
Risiko yang dihadapi rantai nilai industri tertentu mencerminkan tingkat keterpaparannya terhadap berbagai jenis guncangan, ditambah kerentanan yang mendasari perusahaan tertentu atau dalam rantai nilai secara keseluruhan.
Penelitian baru dari McKinsey Global Institute mengeksplorasi tindakan penyeimbangan kembali yang dihadapi banyak perusahaan dalam rantai nilai produksi barang saat mereka berupaya menangani risiko---bukan tantangan bisnis yang sedang berlangsung tetapi guncangan yang lebih mendalam seperti krisis keuangan, terorisme, cuaca ekstrem, dan pandemi.
Teknologi saat ini menantang asumsi lama bahwa ketahanan hanya dapat dibeli dengan mengorbankan efisiensi.
Kemajuan terbaru menawarkan solusi baru untuk menjalankan skenario, memantau banyak lapisan jaringan pemasok, mempercepat waktu respons, dan bahkan mengubah ekonomi produksi.