Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Peluang Pekerjaan Pasca Pandemi Covid-19

Diperbarui: 26 Februari 2021   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Pandemi Covid-19 mengganggu pasar tenaga kerja secara global selama tahun 2020. Konsekuensi jangka pendeknya tiba-tiba dan seringkali parah: Jutaan orang di-PHK atau kehilangan pekerjaan, dan yang lainnya dengan cepat menyesuaikan diri untuk bekerja dari rumah saat kantor tutup.

McKinsey Global Institute (MGI) telah meneliti aspek ekonomi pascapandemi dan menilai dampak pandemi yang bertahan lama terhadap permintaan tenaga kerja, campuran pekerjaan, dan keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan di delapan negara dengan model ekonomi dan pasar tenaga kerja yang beragam: Cina, Prancis, Jerman, India, Jepang, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat. Bersama-sama, delapan negara ini menyumbang hampir setengah dari populasi global dan 62 persen dari PDB.

Sebelum Covid-19, gangguan terbesar pada pekerjaan melibatkan teknologi baru dan hubungan perdagangan yang berkembang. Covid-19, untuk pertama kalinya, meningkatkan pentingnya dimensi fisik pekerjaan. 

Pekerjaan yang dilakukan di arena kerja dengan tingkat kedekatan fisik yang lebih tinggi, cenderung mengalami transformasi yang lebih besar setelah pandemi, memicu efek tidak langsung di arena kerja lain saat model bisnis bergeser dari kedekatan fisik menjadi kecepatan respon.

Gangguan jangka pendek dan potensial jangka panjang dari Covid-19 bervariasi. Selama pandemi, virus paling parah mengganggu arena dengan skor kedekatan fisik tertinggi secara keseluruhan: perawatan medis, perawatan pribadi, layanan pelanggan di tempat, rekreasi dan perjalanan. 

Dalam jangka panjang, arena kerja dengan skor kedekatan fisik yang lebih tinggi juga cenderung lebih tidak stabil, meskipun kedekatan bukan satu-satunya penjelasan.

Pandemi Covid-19 telah mempercepat tren yang dapat membentuk kembali pekerjaan setelah pandemi surut. Pandemi telah mendorong perusahaan dan konsumen untuk dengan cepat mengadopsi perilaku baru yang kemungkinan besar akan bertahan dan mengubah tren bekerja. Akibatnya, terjadi diskontinuitas yang tajam antara dampak pada pasar tenaga kerja sebelum dan setelah pandemi.

Pasca pandemi, kerja jarak jauh dan pertemuan virtual kemungkinan akan terus berlanjut, meski tidak seintens saat puncak pandemic. Mungkin dampak paling jelas dari COVID-19 pada angkatan kerja adalah peningkatan dramatis pada insan perusahaan yang bekerja dari jarak jauh. 

Berdasarkan penelitian McKinsey, ditemukan sekitar 20 hingga 25 persen tenaga kerja di negara maju dapat bekerja dari rumah antara tiga dan lima hari seminggu. 

Kondisi ini mewakili empat hingga lima kali lebih banyak pekerjaan jarak jauh daripada sebelum pandemi dan dapat mendorong perubahan besar dalam geografi kerja, karena individu dan perusahaan berpindah dari kota besar ke pinggiran kota dan kota kecil. 

Beberapa pekerjaan yang secara teknis dapat dilakukan dari jarak jauh lebih baik dilakukan secara langsung, seperti: negosiasi, keputusan bisnis penting, sesi curah pendapat, memberikan umpan balik sensitif, dan orientasi insan perusahaan baru, karena akan kehilangan efektivitas bila dilakukan dari jarak jauh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline