Lihat ke Halaman Asli

Meryna Suwito

Mahasiswa S2 Prodi Teknik Industri

Berdamai dengan Dosen Pembimbing

Diperbarui: 20 Mei 2022   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Data Statistik Indonesia, jumlah mahasiswa di Indonesia mencapai angka 8,96 juta pada tahun 2021. Angka ini menunjukkan kenaikan 4,1% dari tahun sebelumnya. 

Hal inipun menandakan bahwa penduduk Indonesia, khususnya anak-anak muda mempunyai kesadaran yang tinggi untuk meningkatkan pendidikan, karena hal ini akan berimbas pada peningkatan kompetensi diri, yang nantinya akan menjadi bekal untuk bersaing dalam dunia kerja.

Kuliah memang merupakan hal penting yang harus dilakukan jika Anda ingin berhasil di dalam dunia kerja dan berhasil di dalam kehidupan sehari-hari. Memang tidak mudah menyelesaikan kuliah, biaya, waktu, tugas, penelitian, tugas akhir akan menjadi tantangan hingga Anda tamat S1, S2, atau S3.

Kuliah tidak lepas dari yang namanya tugas akhir yaitu skripsi, thesis dan disertasi. Tugas Akhir ini mau tidak mau dan wajib harus dikerjakan sebagai bagian akhir dari perjalanan menempuh study. 

Tentu yang namanya tugas akhir, Anda akan didampingi oleh seseorang, yang bisa kita sebut sebagai "Dosen Pembimbing". Seseorang yang ahli tentunya dalam suatu bidang dan juga mempunyai peran sebagai orang tua kita di kampus.

Tetapi tak jarang saya mendengar keluhan mahasiswa tentang dosen pembimbing-nya, yang terkadang dianggap menghambat laju penyelesaian tugas akhir.

Tak jarang juga mahasiswa berlomba-lomba untuk memilih dosen pembimbing sendiri karena dianggap bapak dosen atau ibu dosen ini mempunyai segudang kemampuan untuk membantu mereka menyelesaikan tugas akhir, sayangnya itu terkadang hanya impian karena pemilihan dosen pembimbing umumnya ditentukan oleh pihak kampus.

Dan bagaimana dengan "keluhan" ? "Gak enak nih dosen pembimbingnya, revisi terus"; "Bisa ganti dosen pembimbing gak ? Soalnya ribet banget, udah dituruti kemauannya, tapi tetap aja revisi" Ya itulah sebagian kecil keluhan mahasiswa tentang dosen pembimbingnya. Saya pun demikian, saya memiliki keluhan tentang dosen pembimbing. 

Dosen saya ini sepertinya tidak mau terlalu pusing untuk sharing ilmu, dia maunya saya mencari sendiri jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan. Saya sempat dibuat emosi, ketika saya mengajukan pertanyaan dan dia menjawab "malas untuk menjawab". 

Itu artinya saya harus mencari jawaban sendiri, entah bagaimana saya harus berusaha mencari sampai dapat jawaban. Aneh memang bagi saya pada awalnya karena menurut saya seorang dosen pembimbing yang baik seharusnya memberikan jawaban yang baik juga ketika mahasiswanya bertanya. 

Bukan sekali melainkan dua kali dosen pembimbing saya menjawab kata "malas". Saya tidak tahu apakah selanjutnya dia akan berkata seperti itu lagi ketika saya mengajukan pertanyaan di kemudian hari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline