Lihat ke Halaman Asli

Radikalisme Budaya di Indonesia

Diperbarui: 12 Juli 2015   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di sepanjang dekade awal abad millenium, bangsa Indonesia sempat mengalami kemunduran kualitas keamanan akibat dari merebaknya isu terorisme. Berbagai teror bom utamanya telah mencoreng citra santun dan ramah negeri ini dalam bebrapa waktu. Meskipun kini kondisi keamanan Indonesia terkait isu terorisme tengah dalam keadaan terkendali, namun potensi serangannya masih ada dan perlu terus kita waspadai.

 

Sebagai pengingat, radikalisme ialah prinsip-prinsip maupun tindakan yang menggunakan kekerasan, dimana saat ini do Indonesia masih berpotensi untuk tumbuh dengan subur. Salah satu hal yang dapat memicu menguatnya aksi terorisme adalah kondisi negeri ini yang multikultur. Keberagaman kadang dapat menimbulkan pergesekan, yang apabila tidak ditangani dengan segera, maka akan berpotensi menimbulkan aksi radikal sebagai bentuk upaya legitimasi suatu kelompok terhadap kelompok lainnya. 

 

Inilah yang terjadi pada bangsa Indonesia semenjak kian merebaknya isu terorisme. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak aksi teror di negeri ini dilakukan oleh kelompol ekstremis Islam yang menganggap bahwa Indonesia harus menjadi negeri yang berlandaskan Islam. Keyakinan fanatik tersebut mendorong rasa primordialisme yang berlebih, dimana kemudian menciptakan pikiran paling benar sendiri. Pada akhirnya kita pun melihat fakta-fakta aksi radikal yang dilakukan atas nama agama hanya karena mereka lupa (atau bahkan tidak mau mengakui) bahwa Indonesia dibangun atas dasar keberagaman. Banyak pengamat terorisme menyebut fenomena di atas sebagai bentuk radikalisme budaya.

 

Radikalisme budaya adalah pemahaman terhadap doktrin agama secara tekstual, dan memaksakan ideologinya sehingga mereduksi budaya lokal. Radikalisme agama erat kaitannya dengan fundementalisme, yaitu paham yang berupaya kembali kepada apa yang di yakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas (pondasi), yaitu doktrin pemahaman agama mereka.

 

Menurut pengamat terorisme kenamaan dunia, Sydney Jones, aksi radikal di Indonesia memiliki dua jenis tujuan. Pertama, menggunakan aksi massa dengan melakukan demonstrasi. Pada pengunaan aksi massa sebagai bentuk radikalisme, Sidney mencontohkan gerakan-gerakan islam yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ia beranggapan, aksi massa yang dilakukan dengan turun ke jalan, merupakan aksi yang berbentuk soft dan tidak bertentangan dengan demokrasi. Asalkan aksi ini berjalan sesuai aturan tanpa ada tindakan anarkis dari massa.

 

Kedua,terorisme yang dilakukan untuk menebar teror dan meresahkan masyarakat. Tindakan ini adalah perlawanan frontal terhadap pemerintah yang bersumber dari ayat-ayat mengenai peperangan dalam Al Qur’an. Kasus peledakan bom di Bali, Hotel J.W. Mariot, dan beragam kasus teror bom lainnya merupakan bukti nyata tindakan radikalisme agama yang ada di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline