KTT negara G 20 di Bali memang sudah berakhir. Tapi ada hal yang rasanya perlu saya ceritakan yaitu pendapat seorang budayawan (lebih tepatnya antropolog) Indonesia asal Perancis yaitu Jean Couteau soal presidensi G20 yang sedang dipegang Indonesia. Pendapat ini dia kemukakan sebelum forum internasional itu diselenggarakan.
Menurutnya, saat ini Indonesia dalam posisi ideal untuk memainkan perannya dalam tataran global. Meski oleh beberapa pihak (dan beberapa negara) Indonesia dianggap masih negara berkembang dan bukan negara maju, tapi pergerakan ekonomi yang signifikan terutama setelah pandemic Covid 19 ini, bukan suatu pekerjaan yang diangap remeh. Karena banyak sekali negara berkembang lain serta beberapa negara maju yang pergerakan ekonominya melambat.
Bahkan sebuah negara berkembang di Asia, yaitu Bangladesh kini dalam keadaan bangkrut. Kepala negaranya mengasingkan diri dan meninggalkan rakyatnya dalam keadaan sengsara. Sungguh suatu keadaan yang menyedihkan dan tidak terjadi di Indonesia.
Selain ekonomi, Indonesia tidak ada kekerasan dalam politik. Jegal menjegal politik seperti dialami beberapa negara tidak terjadi di Indonesia. Atau kita tidak berharap sesuatu buruk terjadi seperti pada Pemilihan Presiden Filipina lalu dimana banyak anak muda di sana terjebak pada politic bubble soal Ferdinand Marcos- yang merupakan ayah dari Presiden Filipina saat ini Marcos junior- yang menampilkan era kejayaan filipina tanpa tahu bahwa pada akhirnya Mrcos senior dikudeta dan mengasingkan diri ke Hawaii.
Kembali kepada pendapat Jean Couteau soal positioning Indonesia di tengah dunia. Dia juga mengemukakan bahwa para kepala negara dan para delegasi pasti meihat hubungan antar umat agama yang harmonis. Kita tahu bahwa Bali punya toleransi yang amat tinggi. Kalimat yang bisa saya cuplik di sini adalah "Hal-hal itu bisa ditawarkan sebagai model ko-eksistensi (kehidupbersamaan) dalam tataran global. Di Indonesia praktiknya lebih menonjolkan nilai kebersamaan daripada perbedaan. Semuanya terkandung di Pancasila, rumus yang bersifat lintas bangsa," ujar Couteau yang sudah sekitar 50 tahun tinggal di Indonesia dan bertempat tinggal di Bali. Dia juga merupakan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Ini memberikan gambaran kepada kita bahwa Indonesia memang "dihitung" oleh dunia. Bukan saja karena penduduk muslim terbesar di dunia, namun karena pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, kegiatan politik yang juga dinilai bagik dan keberagaman yang dirawat dengan baik pula. Sungguh tidak mudah mengelola negara dengan ribuan perbedaan ini.
Karena itu citra ini jangan sampai tercoreng hanya karena tindakan tak senang yang berlandaskan faham tertentu. Keinginan memusuhi oran asing atau yang beragama berbeda sampai keinginan merusak bahkan mengebom rumah ibadah keyakinan lain adalah tindakan yang sama sekali tidak mencerminkan Indonesia yang berharga ini.
Karena itu rawatlah bangsa ini. Kerukunan dan kedamaian yang sudah tercipta dengan baik ini jangan sampai tercoreng karena faham tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H