Lihat ke Halaman Asli

Skeptis dan Kewajiban Bertabayun

Diperbarui: 14 Oktober 2022   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jalandamai.org

Pernahkah kita merasa jengkel saat membaca sebuah berita karena isi beritanya ternyata berbeda dengan judulnya? Ataukah kita membaca sebuah berita yang sangat berbeda dengan yang kita tahu.  Mengesalkan bukan ?

Beberapa media online memang melakukan semacam "jebakan" di judul berita agar supaya orang membaca berita itu. Dengan banyaknya orang menklik berita tadi, maka iklan akan datang dan media dapat menghidupi dirinya. Jebakan itu bisa saja berbeda dengan isi berita atau dibiarkan mengambang. Itu sering dinamakan "clikbait"

Jika kita menelaah isi media sosial, kita akan mendapati hal yang lebih mengerikan lagi. Kita akan menemukan isi berita yang sepotong-potong (tidak lengkap), kemudian ditambah dengan komentar sang pemilik akun. 

Atau juga sering para pemilik media sosial terjebak pada clikbait, mengambilnya sebagai konten medsos mereka, diberi tambahan komentar dan kemudian komentar lain membanjirinya. 

Konten itu kemudian disebarkan hingga viral. Beberapa pemilik akun medsos bahkan mencari uang dari konten semacam ini. Beberapa dari mereka bahkan menjadi kaya raya karena konten informasi.

Jika informasi awal benar, maka beruntunglah pembaca. Namun jika tidak, maka masyarakat juga yang dirugikan karena mengkonsumsi informasi yang tidak benar bahkan menyesatkan. Akibatnya persepsi masyarakat terhadap sesuatu juga akan tidak tepat. Siapa yang dirugikan ? Kita semua bahkan negara dan bangsa.

Contoh yang paling actual adalah berita soal diskriminasi siswa non muslim di sebuah sekolah menengah di Depok. Dalam gambar ada beberapa siswa yang duduk-duduk dan di keterangan foto tersebut disebutkan bahwa para siswa non muslim itu tidak mendapat ruang kelas untuk menerima pelajaran agama non muslim.

Foto dan berita itu menyebar, viral dan menghebohkan banyak pihak sampai sekelas Menkedikbudpun meresponnya. Setelah diklarifikasi oleh pengurus sekolah, didapat fakta bahwa para siswa itu menunggu sebuah ruangan kelas untuk dipakai mapel agama non muslim.

Mencari kebenaran atas sebuah informasi dalam agama disebut tabayun. Tabayun masa kini adalah tabayun digital yang sebenarnya bisa dilakukan secara mandiri melalui beberapa langkah.

Awal menerima informasi (apapun) apalagi jika dari medsos, sebaiknya kita bersikap skeptis (ragu).  Sikap skeptis ini menjadi motivasi bagi kita untuk melakukan pengecekan informasi dengan berbagai cara, tentunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline