Lihat ke Halaman Asli

Perkuat Literasi, Setop Stigma Pasien Corona

Diperbarui: 7 April 2020   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Virus Corona - suara.com

Per 5 April 2020, setidanya sudah terdapat 2.092 orang dinyatakan positif corona, 191 meninggal dunia dan 150 dinyatakan sembuh. Sementara di seluruh dunia, pasien positif corona jumlahnya mencapai 1.19.10 orang, 58.955 orang meninggal dunia, dan 226.873 dinyatakan sembuh dari virus corona. Diantara pasien yang terpapar dan meninggal karena corona di Indonesia, nyatanya sempat mendapatkan stigma negative di masyarakat.

Petugas medis yang berada di garda depan, justru mendapatkan stigma ketika pulang ke rumah ingin bertemu keluarganya. Ketika ada warganya yang meninggal karena korona, ada juga yang jenazahnya ditolak untuk dimakamkan. Semuanya itu terjadi karena kekhawatiran yang berlebihan di masyarakat. Betul kita harus saling menjaga jarak agar tidak terpapar corona, namun kita juga harus paham betul tentang apa itu corona, bagaimana penyebarannya dan bagaimana pencegahannya.

Jika kita bisa saling menjaga jarak, tak perlu ada stigma. Jika bisa membekali diri dengan literasi, tak perlu lagi ada provokasi. Banyak masyarakat yang begitu mudah percaya, terhadap informasi yang berkembang di masyarakat. Pola penyebaran hoaks dan provokasi ini sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Biasanya sering digunakan ketikan memasuki tahun politik. Namun kelompok radikal juga sering menggunakan pola ini untuk mendiskreditkan pemerintah atau pihak tertentu.

Karena tingkat literasi masyarakat masih rendah, seringkali masyarakat tidak sadar kalau dirinya sebenarnya menjadi korban provokasi. Untuk itulah, mari kita terus tingkatkan dan sosialisasikan pentingnya literasi di era digital ini. Informasi yang berkembang saat ini begitu pesat sekali. Jika kita salah mencerna informasi yang berkembang, tentu hasilnya akan fatal sekal.

Dalam konteks pandemic covid-19 ini, kita juga harus bisa menyerap informasi secara benar. Bukan informasi yang penuh sensasi, atau informasi yang hanya mencari kesalahan pemerintah atau pihak lain. Silahkan kebijakan pemerintah atau para pihak dikritik, tapi jangan lupa tawarkan juga solusi yang tepat. Dalam kondisi pandemic sekarang ini, diperlukan komitmen bersama untuk saling bahu membahu, saling menguatkan dan saling mengingatkan satu dengan yang lainnya.

Mari belajar dari banyak negara dalam menyikapi pandemic corona ini. Saat ini, banyak pihak mengkritik pemerintah karena dinilai telat dalam mengambil kebijakan terkait corona. Bahkan, hingga saat ini tidak ada karantina wilayah atau lockdown. Pemerintah berargumen setiap negara mempunyai karakter yang berbeda. 

Keputusan yang ditetapkan di suatu negara pun, belum tentu akan bisa diterapkan di negara lain. Kebijakan lockdown misalnya, mungkin efektif di negara-negara eropa, namun di India sempat rusuh. Bahkan sempat terjadi mobilisasi manusia dalam jumlah besar dalam suasana lockdown. Hal ini terjadi karena lockdown tidak dipersiapkan secara matang. Bagaimana dengan Indonesia? Mari kita jaga negeri ini, mari kita saling mengingatkan dan mari tetap saling tolong menolong di tengah pandemic corona ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline