Lihat ke Halaman Asli

Haji Mabrur, Jihad Terafdol

Diperbarui: 2 Agustus 2019   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: REPUBLIKA.CO.ID

 "Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad?" "Tidak. Jihad yang paling utama (afdhol) adalah haji mabrur", jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Bukhari no. 1520)

Saat-saat ini kita berada pada musim haji di mana sekitar 2oo ribu jamaah haji Indonesia atas berkenan Allah sedang menunaikan ibadah haji di tanah suci. Mereka berada di daftar tunggu yang berderet jumlahnya sehingga makan bertahun-tahun bahkan puluhan tahun lamanya.

Saat menunaikan  rukun kelima tersebut jamaah kita juga harus berjuang untuk dapat selalu berada di jalan Allah. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Siapa yang berhaji ke Ka'bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya." (HR. Bukhari no. 1521).

Sehingga seorang haji bisa dikatakan mabrur , selain berkorban materi (untuk bisa datang ke Arab Saudi) juga berkorban waktu, juga harus menahan diri untuk tidak mengeuarkan kata-kata kasar dan tidak sopan bagi orang lain. Di tanah suci juga tidak diperkenankan untuk membunuh binatang atau mencabut pepohonan karena pada hakikatnya mereka juga mencabut nayawa benda hidup ciptaan Allah. Begitu juga puasa yang menyertainya.

Begitu banyaknya rambu yang menyertai ibadah haji, mengingatkan pada keimanan Nabi Ibrahim yang rela untuk menyerahkan Ismael kepada Allah. Keimanan yang bulat dan penuh kepada Allah itu dijawab oleh Allah dengan memberikan seekor domba muda yang tetiba ada di sekitar Ismail dan Ibrahim. Cerita itu adalah lambang bagaimana cinta seorang Nabi Ibrahim kepada Allah SWT.

Nabi Muhammad  SAW yang hadir setelah masa Nabi Ibrahim mengingatkan bahwa rukun Islam kelima yaitu ibadah haji harus dilakukan dengan keimanan dan kecintaan yang mutlak hanya kepada Allah semata.

Perjuangan materi dan iman serta kepatuhan mutlak hanya kepada Alllah akan mengantarkan para semaah haji itu pada keadaan suci dan bersih sama ketika dia dilahirkan ke dunia melalui seorang ibu.

Jika segala jihad (perjuangan)  itu dilakukan oleh jemaah haji maka bisa dikatakan bahwa dia haji mabrur. Itu haji paten; haji terafdol yang direstui Allah SAW.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline