Tahun politik ini, akan ada perhelatan demokrasi yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Di antaranya adalah pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden pada 2019 mendatang.
Pileg ditujukan untuk bisa mendapatkan calon wakil rakyat yang benar-benar bisa mewakili kepentingan rakyat. Untuk itulah, proses pemilihan anggota legislative, presiden dan wakil presiden ini, juga harus dilakukan dengan cara-cara yang santun, jujur, bertanggung jawab dan tetap menghargai keberagaman.
Kenapa hal ini penting? Karena kemajuan teknologi telah mulai disalahgunakan untuk menebar kebencian dan informasi bohong untuk kepentingan tertentu.
Di tahun politik ini, bibit kebencian dan informasi bohong sengaja dimunculkan, untuk mengacaukan kedamaian yang ada di masyarakat. Selain itu untuk menjatuhkan elektabilitas lawan dan menaikkan elektabilitas paslon yang didukung.
Jika proses pemilihan calon wakil rakyat dan pemimpin seperti ini, yang lahir pun adalah pemimpin yang tidak paham bagaimana persoalan di masyarakat. Pemimpin yang lahir juga tidak akan paham, bagaimana karakter negerinya, karena segala sesuatunya tidak pernah dilihat secara obyektif dan mendalam.
Padahal, anggota legislative harus bisa mengetahui keresahan masyarakat dan mengetahui apa solusinya. Anggota legislatif juga harus ikut menjaga toleransi yang telah terjaga selama ini. Karena itulah, jika terpilih menjadi wakil rakyat, setiap anggota legislatif harus menjadi contoh dan teladan bagi semua orang.
Tak hanya dalam bentuk ucapan tapi juga perilakunya. Begitu juga dengan para calon presiden dan wakil presiden, yang ingin memperebutkan kursi nomor satu di Indonesia, juga harus paham apa persoalan dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Semestinya, para caleg dan paslon berikut tim suksesnya, harus mampu merangkul perhatian publik, dengan berbagai macam gagasan yang membangun.
Tak dipungkiri, diawal kampanye beberapa waktu lalu, serangan dunia maya sudah mulai dilayangkan diantara kedua belah pihak. Bahkan, pembahasan tentang kebohongan yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet, hingga saat ini terus bergulir dan mulai 'digoreng' oleh banyak pihak. Karena Ratna sebelumnya merupakan salah satu anggota timses oposisi, yang kemudian dikeluarkan karena melakukan kebohongan.
Yang membuat miris adalah, kenapa tim sukses kedua belah kubu, seakan terjebak dalam pertarungan saling mencaci dan memaki di dunia maya. Sementara diskusi tentang kegelisahan masyarakat, masih sangat sedikit dilakukan. Sampai kapan kita harus saling membenci untuk kepentingan politik?
Tahun politik harus disambut dengan suka cita, bukan dipenuhi dengan caci maki dan kabar dusta. Mari kita saling introspeksi diri. Tak ada gunanya memelihara dan menyebarkan amarah. Tak ada gunanya pula menaikkan atau menurunkan elektabilitas dengan cara yang tidak baik.
Raihlah hati masyarakat dengan nilai-nilai kearifan lokal yang tertuang dalam sila-sila Pancasila. Pemimpin yang mengimplementasikan nilai Pancasila, yang akan bisa mengerti dan menangkap keresahan masyarakat. Sekali lagi, mari saling menebarkan bibit perdamaian, agar lingkungan sekitar kita juga ikut menjadi damai. Salam.