Lihat ke Halaman Asli

Generasi Milenial Bersatu Meredam Pesan Radikal Dunia Maya

Diperbarui: 15 Februari 2018   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bijak Bermedsos - huffingtonpost.com

Zaman terus berubah. Perkembangan teknologi menjadi hal yang tidak bisa dibendung lagi. Hampir setiap hari, minggu dan bulan, selalu saja ada hal-hal yang berubah dan berganti menyesuaikan zamannya.  Media sosial tidak hanya sebatas menjadi media untuk berinteraksi dan bertukar pengalaman, tapi juga bisa menjadi media berbagi informasi dan promosi. Hal-hal semacam ini tentu akan berpengaruh pada gaya hidup kita, yang kebetulan hidup di era yang serba modern ini. Ketika dulu belanja harus antri di luar rumah, kini hanya melalui smartphone, produk yang kita inginkan bisa langsung dating ke rumah. Contoh-contoh inilah yang membuat kita nyaman sebagai generasi milenial.

Namun ada hal yang membuat kita tidak nyaman di era kemajuan teknologi ini. Ujaran kebencian di dunia maya begitu marak terjadi. Kedamaian yang telah terjalin selama ini, dirusak oleh provokasi SARA oleh kita sendiri. Tak jarang, provokasi SARA itu berujung pada tindakan-tindakan intoleran dan radikal.  

Sejak awal Januari 2018 yang lalu hingga saat ini, ada saja praktek-praktek penyerangan kepada pemuka agama dan penyerangan ke tempat ibadah. Lagi-lagi, hal ini tentu membuat kita geleng kepala. Apa yang salah? Seharusnya kita saling menghormati dan menghargai. Saling toleran terhadap keberagaman yang ada di negeri ini.

Dan salah satu media yang sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal adalah dunia maya. Mereka memanfaatkan kemajuan teknologi, untuk menyebarkan propaganda radikal, untuk merekrut, menyebarkan teror, bahkan menggalang dana pun bisa mereka lakukan di dunia maya. Jika tidak ada upaya deteksi dini di dunia maya, akan semakin banyak bibit kebencian dan radikalisme yang berkembang. Pada titik inilah, diperlukan kesadaran generasi milenial, agar juga turut aktif melakukan deteksi dini pesan radikalisme dunia maya.

Bagi yang bisa mengerti IT atau kemampuan lainnya, mari manfaatkan kemampuan kalian untuk meredam ruang gerak pesan radikal dunia maya. Jika kalian tidak mempunyai kemampuan apa-apa, tetap bisa berkontribusi dalam meredam pesan radikal. Tulislah pesan-pesan yang menyejukkan, pesan yang tidak mengandung unsur kebencian, ataupun pesan yang memberikan inspirasi, itu juga sangat berguna meredam pesan radikalisme. Bahkan dengan menulis status pada telepon genggam pun, juga akan memberikan manfaat kepada masyarakat luas.

Sejak awal tahun 2018 yang lalu, upaya penyerangan dan penganiayaan terhadap tokoh agama, sering terjadi. Dan yang paling anyar adalah, upaya penyerangan yang dilakukan seorang mahasiswa di gereja Sleman, Yogyakarta. Tidak jelas apa motifnya, yang jelas merusak dan mengganggu kedamaian dan nasionalisme begitu terbangun. 

Namun ketika warga negara Indonesia mempersoalkan yang namanya keberagaman, mereka harus bisa mengerti dulu tentang sejarah Indonesia. Karena tidak ada satupun tradisi di Indonesia, yang selalu mempersoalkan keberagaman. Kita kita semua orang Indonesia, yang sama-sama mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Dan salah satu kewajiban kita semua adalah, membersihkan dunia maya dari segala bentuk bibit radikalisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline