Seringkali kita mendengar ungkapan kebencian yang dilontarkan oleh kelompok intoleran. Tidak jarang juga mereka mengutip ayat-ayat Al Quran, setelah itu kembali lagi melontarkan ujaran kebencian. Dalam pemikiran awam saya, ujaran dan perilaku yang ditunjukkan kelompok intoleran tersebut justru sangat bertolak belakang. Disatu sisi mereka mengatakan berjuang di jalan Allah, tapi disisi lain mereka melakukan dengan jalan yang salah. Disatu sisi mereka ingin mendapatkan rahmat Allah, tapi dengan menjelekkan orang lain justru akan menjauhkan dari rahmat Allah sendiri. Karena itulah, mulai saat ini berhentilah saling menjelekkan orang lain. Mari introspeksi dan saling mengingatkan, agar kita tetap berada di jalan Allah dan tetap mendapatkan rahmat-Nya.
Dalam Al Quran dijelaskan, “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS Al An’am : 108).
Ayat diatas jelas menyebutkan, setiap muslim dilarang menjelekkan agama yang lain. Namun kenyataannya, jika kita melihat fakta yang ada, banyak kelompok intoleran yang sering menjelekkan orang lain karena berbeda agama. Sudah semestinya, kelompok intoleran yang cenderung radikal ini introspeksi. Karena mereka tinggal di Indonesia, sudah semestinya mereka mengikuti aturan dan adat istiadat yang berlaku di Indonesia. Ingat, radikalisme bukanlah budaya Indonesia. Intoleransi juga bukan merupakan perilaku masyarakat Indonesia. Perbuatan negatif tersebut sengaja dimasukkan, untuk membuat kondisi di masyarakat menjadi tidak kondusif. Dan terbukti, setiap kali kelompok intoleran melakukan aksinya, kondisi yang awalnya tenang langsung berubah menjadi tidak kondusif.
Al Quran sendiri mengajarkan keadilan. Semua umat yang ada di bumi ini dipandang dalam posisi yang setara. Kejelekan yang dilakukan oleh satu orang, tidak bisa dipukul rata dilakukan oleh semua orang. Kelompok radikal selalu menganggap pihak lain yang berbeda pandangan, sebagai kelompok yang harus dilawan. Tidak jarang mereka memberikan label kafir di belakangnya. Label yang tidak berdasar itu, dijadikan pembenaran oleh kelompok radikal untuk melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan.
Perbuatan yang tidak dibenarkan ini, bentuknya bermacam-macam. Ada yang berbentuk tindakan saling ejek, saling pukul, hingga pada level pembakaran. Bahkan, jika perilaku intoleran ini terus pada level yang tinggi, bisa menjadi radikal dan berpotensi menjadi teroris. Ironisnya, segala perilaku tersebut justru dimaknai sebagai perbuatan jihad. Tidak hanya itu, para teroris yang meninggal pun, dianggap mati dalam kondisi syahid. Padahal, semuanya itu dilakukan untuk meraih simpati publik, agar perbuatan mereka tersebut bisa dijadikan pembenaran.
Apapun alasannya, melakukan ujaran kebencian, memukul, membakar, sampai melakukan bom bunuh diri tidak bisa dibenarkan. Mulailah berhenti untuk saling menjelekkan. Perilaku saling menjelekkan ini bisa merembet ke perilaku lainnya. Apalagi, propaganda radikalisme terus dilakukan oleh kelompok intoleran dan radikal. Dunia maya sudah dipenuhi konten radikal. Mari mulai introspeksi. Mari kita benahi perilaku dan perkataan kita, yang bisa memicu terjadinya kebencian secara massal. Jangan sampai kita menjadi generasi pembenci terhadap saudara kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H