Lihat ke Halaman Asli

Altar Rembulan

Diperbarui: 14 April 2017   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi habis di kunyah petang, kau tetap berdendang

Kata habis dikunyah kelam, lalu kau diam. 

Sementara aku membiarkan rindu meliuk-liuk dipenghujung malam 

Serupa tarian jarum dan benang begitulah kusulam harapan

Kurajut sari purba sekat demi sekat penat nyaris berkarat

Sucikan mandikan, suntinglah altar rembulan yang berpendar diatas teras kosong "apapun pintamu itulah inginku" 

**

Lalu dalam mazbah kirana puji dan puja dinazarkan

Rapalan bait-bait wingit bak manir dewa-dewa dilepaskan

Datang, datanglah...Dalam hening bening kupinang leluhur hadir melebur

Inilah sesaji kami canang bunga tujuh rupa terikut gada kuasa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline