Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Istri untuk Suamiku

Diperbarui: 28 Oktober 2016   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber foto : dokumen pribadi"][/caption]Jujur aku selalu bahagia ketika menginjakkan kaki dipematang sawahku ini. Matahari, awan, kabut dan tarian burung pipit berlompatan lincah diatas benih-benih tomat semaian pak Rohmad.

Tapi pagi ini lain. Mana mungkin aku merasa bahagia melihat tatapan kosong sahabatku yang sedari tadi menunggu sendirian di salah satu gubuk sawah tempat singah para pekerja. Ya, namanya Siti Nur Khasanah, dia sahabatku sejak SMA. 

Pagi ini, kujumpai nanah derita dalam kabut matanya ingin menetes, serupa kumpulan embun di subuh buta yg hendak jatuh di pucuk-pucuk kuncup dedaunan basah. Bisiknya nyeri "maaf, aku sudah mengambilnya darimu. Aku merenggut suamimu..." terdengar pelan suara isaknya. 

Airmatanya menguyur deras membasahi tirus pipinya. Serupa derasnya saluran irigasi di depan kami.

Sejauh cerita bergulir, kupercaya tak ada satupun benang kusut yang tak dia urai dihadapanku. Keriput-keriput halus sudah menampakan diri dari wajah pucatnya. Perutnya buncit dan aku yakin ada benih suamiku di dalamnya... "Ah, jika seperti ini kejadiannya, lebih baik aku mati saja agar aku bisa terlepas bebas. Aku bisa menjadi sahabat seutuhnya bagimu, tanpa sedikitpun meninggalkan penghianatan pahit yang membunuhku perlahan" lanjutnya.

Kadang gejolak pernikahan terjadi bukan karena ketidakcocokan, namun bisa jadi karena terbiasa mandiri. Kesibukan membuat aku tak pernah menyeduh kopi pagi untuk suamiku. Sementara Nur  sahabatku selalu menggantikan posisiku di rumah. Dia pintar meracik sambal, sementara aku lupa suamiku suka ikan asin jambal. Aku terbiasa hidup tanpa merepotkan suamiku. Begitu pula suamiku yang tak lagi memerlukan aku sejak Nur hadir enam bulan lalu.

"Kini dia suamimu sayang, bukan lagi suamiku. Semoga rumah tangga kalian langgeng dan bahagia" jawab ku datar sambil tersenyum. "Jaga dan rawatlah rumah dan segala isi di dalamnya" lanjutku sambil menyerah kan sekantong kunci ke genggamannya. 

Aku segera membalikkan badan berlari kecil di pematang sawah menuju mobil fortuner milik kekasih gelap ku yang aku simpan sejak 4 tahun lalu. 

 

Selamat datang hari baru !

 

Tamat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline