Lihat ke Halaman Asli

Hari Saraswati dan Sains

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="" align="aligncenter" width="369" caption="Saraswati Ibu Imu Pengetahuan"][/caption]

Om Saraswati Ya Namaha..

Hari suci Saraswati adalah hari suci untuk memuja Dewi Sarasswati, manifestasi Tuhan sebagai sumber pengetahuan, baik pengetahuan rohani maupun pengetahuan material. Perayaan “Saraswati Puja” dilakukan setiap 210 hari yaitu setiap hari Sabtu Umanis Watugunung (tahun ini jatuh pada tanggal 16 juni 2012). Di Bali perayaan Saraswati sering disebut piodalan (perayaan) buku, lontar dan sastra agama yang dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kalau diistilahkan kedalam dunia modern mungkin bisa dikatakan hari suci Saraswati sebagai hari buku sedunia, namun istilah seperti itu tidak dapat disandingkan dengan perayaan hari Saraswati karena “Saraswati Puja” merupkan perayaan yang sakral dan religius.

Perayaan Saraswati di Bali semakin semarak saja. Sayangnya kesemarakan itu belum disertai pendalaman ajaran agama atau makna yang terkandung di dalam perayaan Saraswati.

Hari suci Saraswati sebagai hari pemujaan Sang Hyang Saraswati. Hal ini mengandung makna untuk mengingatkan kepada manusia untuk menopang hidupnya dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari Sang Hyang Saraswati. Karena itulah ilmu pengetahuan pada akhirnya adalah untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi saraswati.

Menurut keterangan lontar Sundarigama tentang Brata Saraswati, pemujaan Dewi Saraswati harus dilakukan pada pagi hari atau tengah hari. Dari pagi sampai tengah hari tidak diperkenankan membaca dan menulis terutama menyangkut ajaran Weda dan sastranya. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati dengan penuh, tidak membaca dan menulis itu dilakukan selama 24 jam penuh. Sedangkan bagi yang melaksanakan dengan biasa, setelah tengah hari dapat membaca dan mebulis. Bahkan di malam hari dianjurkan melakukan malam sastra dan sambaing Samadhi .Baca selengkapnyaHari Sarasswati Dilarang Membaca Pustaka Suci

Larangan membaca dan menulis di hari suci Saraswati mengalami pro dan kontra , padahal didalam sastra sudah jelas larangan yang tersurat didalam lontar sundarigama, didalam Manu Smerti (Manawa Dharmasastra) juga terdapat hari tertentu dilarang belajar . Disadari atau tidak , menurut penulis ternyata larangan tersebut dapat dikatakan ilmiah.

Didalam dunia modern setiap sekali seminggu kita dibebaskan untuk tidak belajar “minggu libur” bagi siswa-siswa sekolah atau yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Asal usul adanya hari minggu tidak lepas dari ajaran Kristen dimana hari minggu merupakan hari pemujaan terhadap tuhan karena hari minggu Tuhan sedang “tidur”. Menurut pandangan Hindu bila tuhan tidur maka dunia ini akan kiamat (Mahapralaya) dan ketika Tuhan terbangun kembali maka akan terjadi penciptaan kembali, hal itu terjadi dalam satu hari Brahma yang lamanya jutaan tahun manusia.

Hidup manusia tidak langgeng , ada kelahiran ada kematian , sekarang terbangun nanti tertidur demikian juga alam semesta terjadi pralaya (kiamat) dan juga penciptaan. Dalam pandangan hindu semua yang ada berasal dari ketiadaan dan berakhir pada ketiadaan. Proses belajarpun demikian , pada mulanya kita tidak mengenal sesuatu kemudian belajar sehingga memperoleh pengetahuan dan berakhir pula dengan tidak belajar karena mungkin kita sudah tidak ada lagi didunia. Dalam jangka waktu pendek kita menjadikan minggu sebagai hari “tidak belajar” , hal ini berlaku bagi masyarakat umum , mungkin di Arab tidak mengenal hari minggu tetapi hari jumat sebagai hari tidak belajar.

Bertitiktolak dari hal tersebut didalam pandangan hindu memiliki hari kusus untuk menghormati ilmu pengetahuan seperti uraian diatas yaitu “Puja Saraswati”. Apabila dikaitkan dengan sains modern sesungguhnya kita butuh istirahat dalam belajar meski itu hanya sekali dalam 210 hari (6 bulan ala kalender Bali). Seperti uaraian diatas , kita berasal dari kosong dan kembali ke kosong . oleh karena itulah dalam pandangan Hindu di hari suci Saraswati sesungguhnya diwajibkan untuk Hening (mengosongkan pikiran,merenung,memuja Tuhan) dengan Tapa Yoga Semadi. Serta tidak mempelajari kitab suci di hari tersebut.

Bagi kalangan yang kontra terhadap larangan membaca dan menulis atau mempelajari kitab suci di hari Saraswati sebenarnya hanya memainkan logika yang keliru dan mencari kebenaran diatas pembenaran. Kalau boleh jujur sebenarnya umat Hindu jarang mempelajari kitab sucinya , bahkan dikalangan mahasiswa agama Hindu . hal ini bisa dimaklumi mengingat hindu memiliki 4 jalan memuja Tuhan , yaitu Bhakti marga, Karma Marga , Jnana Marga dan Raja Yoga Marga. Jnana marga merupakan memuja Tuhan dengan berkecimpung didalam ilmu pengetahuan. Salah satunya dengan mempelajari kitab suci serta mempraktekannya.

Om Shanti , Shanti , Shanti Om

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline