Acarya Canakya
Dalam film kolosal Ashoka, salah satu tokoh yang dihormati adalah Acarya Canakya atau Rsi Chanakya, salah satu nama tokoh yang terkenal tentang kebijaksanaan India kuno. Rsi Canakya memiliki kemampuan yang hebat dan multi talenta. Ia adalah seorang perdana mentri, seorang mahaguru (acarya), ahli ekonomi, ahli filsafat, ahli hukum, dan penasehat yang setia.
Rsi Chanakya lahir dalam keluarga Brahmana. Kelahirannya masih kontroversi. Ada beberapa teori tentang asal-usul beliau. Menurut teks Buddhis Mahavamsa Tika, tempat kelahirannya di Taxila. Menurut sastra suci agama Jain, seperti Adbidhana Chintamani, menyebutkan beliau sebagai Dramila, menyiratkan bahwa ia adalah penduduk asli India Selatan. Menurut penulis Jain, Hemachandra, Chanakya lahir di desa Canaka wilayah Golla, menjadi brahmana bernama Canin dan istrinya Canesvari. Sumber lain menyebutkan nama ayahnya sebagai chanak dan menyatakan bahwa nama Chanakya berasal dari nama ayahnya. Menurut beberapa sumber, Chanakya adalah seorang brahmana dari India Utara, seorang sarjana Veda dan penyembah Wisnu. Menurut pandangan penganut agama Jain Rsi Canakya memeluk agama Jain di usia tua seperti Chandragupta Maurya. (Dikutip dan diterjemahkan dari Wikipedia English)
(Semasa muda) Chanakya dididik di Takshashila, sebuah pusat pendidikan kuno yang terletak di barat laut India (sekarang Pakistan). Dia kemudian menjadi seorang guru (acharya) di tempat yang sama. Kehidupan Chanakya berhubungan dengan dua kota: Takshashila dan Pataliputra (sekarang Patna di Bihar, India). Pataliputra adalah ibukota kerajaan Magadha, yang terhubung ke Takshashila dekat Uttarapatha, jalan pusat perdagangan utara. (Dikutip dan diterjemahkan dari Wikipedia)
Nama Canakya populer dalam berbagai sastra Hindu. Menurut Satya Vrat Shastri: Suatu bait-bait Sanskrit yang telah tua menyebutkan berbagai nama yang membuatnya dikenal. Nama-nama tersebut adalah: Vatsyayana, Mallanaga, Kautilya, Canakya, Dramila, Paksilasvamin, Visnugupta dan Angula. Dari semua itu Canakya, Kautilya dan Visnugupta adalah lebih dikenal. Dari ini Canakya lebih erat kaitannya dengan Nitisastra dan Kautilya dengan Arthasastra. Ia sering sekali dikutip oleh penulis-penulis belakangan pada pustaka-pustaka Niti dan Katha seperti Dandin di dalam bukunya Dasakumaracarita, Visnusarman di dalam Pancatantra-nya dan seterusnya dan ia disebut-sebut oleh tokoh hebat seperti Bana, Varamahira dan Somadeva. Kamandaki, seorang penulis yang terkenal dari Nitisastra, menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya di awal tulisannya.
Menurut catatan, Rsi Canakya adalah perdana mentri Maharaja Chandragupta Maurya, pendiri Kekaisaran Maurya atau dinasti Maurya. Sebelum dinasti Maurya berkuasa, dinasti sebelumya adalah dinasti Nanda.
Satya Vrat Shastri menyebutkan bahwa Canakya adalah salah satu yang terbesar kalau bukan yang terbesar, dari para politisi yang telah dicetak India. Dia adalah ahli strategi, seorang ahli taktik dan diplomat yang besar, suatu sifat –sifat yang membuatnya sebagai tokoh yang terkenal sepanjang zaman. Ia dikaitkan telah mencabut kekuasaan dinasti Nanda yang kuat praktis dilakukan sendiri, sama sekali dengan tanpa berurutan. Bahwa ia dapat berhadapan dengan aparat atau organisasi negara yang tertera dengan rapi, dan menggantikannya dengan ciptaannya sendiri dalam uraian yang berjilid-jilid sebagai kegiatan diplomatiknya dan usaha-usaha yang keras untuk mencapai sukses yang tidak mengakui tabu (taboo) macam apapun. Ia menghadapi tipu-daya dengan tipu-daya yang lebih tinggi, memotong gerakan rahasia dengan gerakan rahasia yang lebih rahasia lagi dan menghancurkan sampai habis keturunan terakhir keluarga yang memegang pemerintahan, lalu mendudukan anak didiknya di atas tahta Patali Pura.
Cerita permusuhan antara raja Nanda dengan Canakya yang berjalan turun-temurun termasyur sebagai berikut (Darmayasa, 1995):
Raja Nanda hendak menyelenggaraan upacara Sraddha, yaitu upacara persembahan kurban untuk leluhurnya. Raja Nanda mengutus seorang menterinya mencari seorang brahmana untuk memimpin upacara tersebut. Menteri itu bernama Vikatara. Nama lainnya juga adalah Raksasa, Amatya Raksasa, atau Mudra Raksasa.
Begitu tiba di luar istana, ia teringat kejahatan yang dilakukan oleh Raja Nanda; bagaimana keluarganya dipenjarakan, mati dalam kehausan dan kelaparan. Ia ingin membalas dendam. Untuk itu ia harus mendapatkan seorang brahmana tertentu yang akan mengancurkan Nanda sekeluarga, sebagaimana kehancuran keluarganya sendiri. Maka, barulah jiwa Vikatara bisa tenang.
Suatu ketika, dalam perjalanan mencari brahmana yang dimaksud, ia melihat seorang brahmana yang kulitnya agak hitam, bibirnya tebal, matanya kecil, tetapi berwarna merah seperti sedang memendam amarah. Dari bahu ke pinggang melingkar tali suci ciri-ciri ke-brahmana-an, memakai tilaka . Brahmana tersebut sedang mencabut alang-alang. Alang-alang digali dan kemudian disiram dengan racun.