Elegi Esok Pagi, begitulah judul salah satu lagu lawas yang senang aku dengar, sebuah melodi cinta yang sarat dengan nilai keagungan cinta, lagu lawas dari Ebiet G. Ade. Kalau kita cermati, ternyata lagu-lagu lawas itu sarat makna, banyak hal yang tersembunyi di balik yang tersurat. Berbeda dengan lagu-lagu kekinian yang menonjolkan apa yang tersurat, bukan apa yang tersirat.
‘Ijinkanlah ku kecup keningmu’ demikian lirik pembuka. Dua kata yang bisa kita gali maknanya; ijinkan dan kening.
Cinta yang tulus dapat terlihat dari rasa hormat dan kelembutan, demikian petunjuk kitab suci. Kata ijinkan menunjukan sebuah penghormatan pada pasangan bila ingin menunjukan kasih sayang terhadap belahan jiwa. Begitulah keadaannya bila ingin memadu asmara dengan seseorang, kita harus meminta ijin terlebih dulu.
Area pada tubuh seseorang terlebih tubuh wanita, dapat mengundang rasa birahi dan juga menimbulkan rasa hormat. Bilamana nafsu yang mendominasi pikiran, area yang ingin disentuh adalah bagian-bagian sensitif dari pasangan. Berbeda keadaannya apabila cinta tulus yang melandasi hubungan. Bagian yang ingin disentuh adalah bagian tubuh yang dapat menumbuhkan rasa sayang, seperti pipi, tangan, kening. Apabila ingin menunjukan kasih sayang terhadap pasangan perempuan, seorang lelaki kecup kening pasanganya, sedangkan seorang perempuan mencium tangan pasangannya.
Cinta tak hanya ada dalam kata-kata, cinta tulus terwujud dalam tindakan nyata. Ebit G. Ade melanjutkan lirik lagunya dengan sebuah kalimat indah, ‘bukan hanya ada di dalam angan’, begitulah Ia menyebutnya. Cinta bukan sekedar ada dalam tataran kata, akan tetapi ada dalam tindakan nyata.
Cinta yang tak dalam biasanya hanya menerima; materialistis, tak pernah memberi, maunya hanya meminta. Sedangkan cinta tulus selalu memberi, meski ada kalanya juga menerima akan tetapi memberi dan menerima sebagai bentuk penghormatan terhadap pasangan. Dalam lagu Ebiet, kita dapati lirik lagunya, “esok pagi, kau buka jendela. 'kan kau dapati seikat kembang merah’.
Cinta identik dengan bunga, yang bermakna bahwa dengan hadirnya cinta keindahan hidup akan menemani kita, dengan kejutan-kejutan yang menimbulkan kebahagiaan tak terduga. Begitu membuka jendela, kita dapati seikat kembang merah atau barangkali sekuntum kembang putih. Membuka lembaran kehidupan dari hari ke hari, dari minggu ke minggu tanpa terasa dilalui seakan baru terjadi kemarin
Adakalanya dalam mengarungi asmara, seseorang merasa bosan terhadap pasangannya, lebih-lebih cinta tulusnya terabaikan, tak dihiraukan. Dan kita menyadarinya, “ Engkau tahu, aku mulai bosan bercumbu dengan bayang-bayang’.
Setulus apapun cinta seseorang, pada masa-masa tertentu akan terasa hambar. Ketika itulah cinta tulus diuji. Butuh kesadaran dan kesabaran untuk tidak lepas dari kasih sayang. Jika tidak berusaha menyikapi secara bijak, besar kemungkinannya akan menyeleweng, seperti berselingkuh, bahkan berzina. Jangan sampai ada dusta diantara cinta.
Rumput tetangga dilihat lebih hijau, meski sebenarnya seperti panorama gunung dari kejauhan. Dari jauh terlihat indah, dari dekat jurang menganga. Butuh pengertiaan dan perhatian, bantu membantu menyegarkan kembali cinta yang memudar, untuk memulai suasana baru. Seperti kelanjutan lirik lagu tersebut, ‘bantulah aku temukan diri, menyambut pagi, membuang sepi’. Merajut kembali benang cinta yang kusut, untuk memperindah kehidupan, layaknya sinar mentari di pagi hari yang sehat dan menyejukkan. Harapannya cinta mampu menyinari kembali hati yang rapuh.
Salah satu caranya dengan bersikap seperti anak-anak. Menurut pakar cinta, bersikap seperti anak-anak ternyata dapat menumbuhkan rasa sayang dan rasa bahagia. Barangkali, dalam mengarungi asmara perlu kembali bersikap seperti masa-masa muda, dimana kita mengulang momen-momen romantis dengan cara bersikap ala abg, memberi kejutan kepada pasangan, bernostalgia pada masa-masa indah dulu. Kita dapati lirik lagu Ebiet G. Ade sebagai berikut ‘Ijinkanlah aku kenang sejenak perjalanan’.