Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Merta Mupu

Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

[FR] Mendebat Ramadhan

Diperbarui: 14 Juli 2015   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Puasa yang Benar"][/caption]

Tak jauh dari meja kerjaku, berdiri seorang lelaki parlente, menggunakan jas hitam, kemeja putih, celana panjang. Wajahnya terlihat sangar, sedang marah, “Kenapa kamu datang terlambat? padahal banyak pekerjaan yang menumpuk. Jika kamu tak disiplin, kapan bisa jadi orang sukses” gertaknya.

Terkesiap mendengar kata-katanya. Aku hanya bisa diam, menguping, tak mau bersuara. Tak mendapat jawaban, kemarahannya semakin terdampar ke kepala, “Apa kamu gak dengar, kenapa diam? kamu kesiangan lagi? ini kesalahanmu berulang kali”

“Maaf pak” ujar Edy pada bos. Masih terlihat marah, bos langsung pergi ngeloyor, masuk ke mobilnya. Mungkin ada pertemuan bisnis dengan pengusaha lainnya, atau barangkali mau sidak ke perusahaannya yang lain.

Istirahat siang tiba, berkongko ria bersama teman-teman karyawan. Ada Stefanus yang Kristen, Rama Nata dan aku yang Hindu. Lisa dan Edy seorang muslim. Di tempat kerja ini bertemu orang-orang berbeda keyakinan. Sering bertukar pemahaman agama, tak jarang saling ledek, saling kritik, berdebat, namun tetap akrab. Keyakinan boleh beda, tetapi persaudaraan tetaplah satu.

Rama duduk di samping Edy sambil makan roti, ia tersenyum melihat Edy merunduk sedih, lalu bertanya, “Tadi kenapa kamu telat kerja?”

“Kayak kamu gak tahu aja, aku kan lagi puasa. Biasalah, kalau bangun lebih pagi mau sahur, setelah itu tidur lagi, ujung-ujungnya bangun kesiangan” seloroh Edy, lalu menguap seperti tak tidur seharian.

“Oh, jadi gara-gara puasa nih ceritanya. Kasihan juga sampai dimarahi seperti itu sama bos, kayak anak kecil aja masih dimarahi”

“Resiko menjalankan kewajiban agama. Tapi daripada agama lain, tak mengajarkan puasa. Kayak kamu doyan makan terus”

Mendengar celotehan Edy, kami kompak tertawa terkekeh-kekeh. Entah kenapa bisa seperti itu, seakan pada menyadari kekeliruan Edy. “Eh, daripada puasa, terus jadi mengabaikan tugas dan kewajiban, lebih baik makan yang sehat, jadi bisa bekerja dengan baik. Tugas selesai, kita bahagia, masalah tak ada. Kita bahagia, Tuhan pun senang. Puasa itu bikin orang sakit mag dan tidak bertenanga” seloroh Rama berapi-api.

“Menjalankan syari’at Islam itu memang berat, bikin menderita, tapi Allah menjanjikan kebahagiaan duniawi dan akhirat, bisa masuk surga”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline