[caption id="attachment_251490" align="aligncenter" width="556" caption="Dalam Kesunyian*/Facebook"][/caption]
Tujuh hari tujuh malam praktek kerja lapangan sudah berjalan. Sekolah kejuruan tempat aku sekolah menempatkan aku satu-satunya cowok untuk menjaga tiga gadis cantik dan unyu-unyu.
Aku, Reni, Ayu dan Putri sering asyik ngobrol bersama meski hari sudah larut malam. Aku mendapat kamar terpisah dari mereka, namun karena aku pura-pura takut sendiri di kamar kadang diminta untuk bersama di kamar mereka.
Obrolan mereka kadang suka menyinggung seks, meski ada aku, terutama Putri cewek yang terkenal ganjen di sekolahku. Ada yang bilang Putri sudah tak perawan. Temenku pernah bilang, kalau Putri sudah pernah digarap mantan pacarnya. Begitu pula ketika ia punya pacar baru, juga digarap oleh kekasihnya. Sepertinya tujuan putri pacaran, semata-mata karena nafsu bukan karena cinta.
Aku sebagai temennya kasihan pada dia yang sudah kecanduan seks.
Jam menunjukan sebelas malam, aku tidur seorang diri di kamar. Diluar terlihat ada bayang-bayang sosok orang yang berdiri. Aku terkesiap.. setelah aku bangun dan lihat ke jendela ternyata tak ada orang. Pikiran negative mulai muncul dalam pikiranku.
“Jangan-jangan ada hantu” bisik hatiku. Mulutku terkatup tak bersuara, bulu kuduk merinding. Aku mencoba untuk mendengarkan apakah temen-temenku yang di kamar sebelah masih ada yang bergadang. Tak ada suara yang terdengar.
“Ahh aku kan cowok, ngapain takut sama hantu.. kalau hantu berani datang akan aku cincang dia” pikirku.
Tok..tok..tok..
Nafasku semakin pendek mendengar pintu kamar ada yang mengetuk, detak jantung kian tak menentu. Aku hidupkan lampu dan mengambil kayu balok yang ada di bawah dipan. Dengan langkah ragu aku putar kunci dari balik pintu.
“Loh.. kamu,, bikin takut aja..”
“Stttt.. jangan berisik” ujar Putri.
“Boleh aku masuk?”
“Ya boleh..”
Aku mempersilakan putri masuk dan putri mengunci pintu kamarku.
“Bhuseett.. kok dikunci ya?” gumaku dalam hati.
Putri tampak gugup ketika aku menatap matanya. Untuk mengurangi rasa gugupnya dia memulai pembicaraan dengan suara berbisik. Dia bilang temen-temnya sudah tidur semua, namun dia tak diberi selimut hingga banyak nyamuk yang menggigit kulitnya.
Aku membaringkan tubuhku di atas kasur, Putri tetap duduk sambil sibuk ber-sms-an. Dalam benakku muncul pikiran nakal, “Jangan-jangan ini anak nafsunya sedang bangkit..”. mungkin sudah hukum alam, nafsu seks semakin bergairah ketika malam, terlebih nafsu wanita.
“Boleh aku tidur disini?”
“Memang mau..?”
“Siapa takut?” ujar putri dengan pandangan tajam padaku.
Kemudian Putri menarik selimut yang aku pakai. Ratmbutnya dibiarkan terurai, dia terlihat sibuk sms-an. Sebagai lelaki, ada mangsa di depan mata, siapa yang tak tergoda?. Gairahku bangkit, air liur naik turun di kerongkongan.
Tangan Putri tak lagi sibuk sms-an, tetapi aku heran, dia diam melototi HP-nya dengan tatapan mata jarang berkedip. Aku pura – pura membalikkan badan dengan menutupi mata dengan selimut. Dari lubang kecil selimut aku perhatikan apa yang dilakukan Putri. Aku heran, ternyata dia menonton Video porno. Aku saja jarang menonton Vidoe begituan, itu pun hanya ditonton di HP temen karena di HPku tak mau ada Video yang begituan. Di laptop pun tak ada hal-hal seperti itu. Aku tak mau pikiranku dikotori oleh adegan syur yang bisa merusak mental. Aku tak munafik, aku suka menonton video syur tetapi aku berusaha memperulit diri dengan tidak menyimpan video syur.
“Nonton apaan sih?”
Putri kaget dengan pertanyaanku.
“Nonton Tarzan.., mau lihat?” bisik Putri memperlihatkan video Tarzan vs wanita Bule yang mengambil adegan di hutan amazone.
Kelakianku mendadak bangun dari tidur, bagaikan Singa kelaparan. Mengaum dan meronta-ronta ingin menangkap mangsa. Jantungku berdetak kencang, ada hasratku untuk memanjakan Putri malam mini. Pikiran nakal menguasaiku. “Makanan di depan mulut tak dimakan, kalau tak sekarang kapan lagi?” kicau pikiranku.
Jemariku berkelana meraba-raba tubuh Putri, dia mebiarkanku, ia terlihat gelisah. Berkali-kali ia hembuskan nafas yang menggoda. Putri merangkulku dan mengecup bibirku. Aku ladeni dia dengan gerakan panas. Meski baru pertama kali aku ciuman, aku tak kalah hot daripada Putri.
Desahan sambung menyambung, pagutan saling berbalas. Payudara putri yang montok kian membesar dan memerah bekas gigitanku.
“Totoktok...”
Aku dan Putri bergegas bangkit dari pertarungan. Ayu membuka pintu dan masuk ke kamarku. Dia mau minta pulsa sama Putri. Menurutku itu cuma alasan Ayu, sebenarnya dia cemburu aku berduan dengan Putri. Aku tahu ayu sebenarnya suka padaku, namun aku tak meresponnya meski aku juga merasakan apa yang dia rasakan. Aku masih malu mengungkap rasa yang terpendam.
***
Keesokan harinya bibirku sariawan dan kehilangan nafsu makan. Reni menuduhkan kemarin malam aku ciuman sama Putri. dia bilang kalau ciuman pertama itu bikin sakit sariawan dan bikin mual-mual. Tak asyik katanya, terlebih lagi dengan orang yang tak kita cintai.
“Ternyata temen-temen cewekku lebih pengalaman daripada aku” tawaku dalam pikiran.
Bersambung…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H