Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Merta Mupu

Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Cemburu Sosial, Kita Sama Saja

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13518685321100445662

“Seseorang yang melihat Dia berada pada setiap mahluk dan kemudian melihat semua mahluk ada pada-Nya, ia tidak akan membenci yang lain”.

Yajurveda XL.6

*****************

[caption id="attachment_207196" align="aligncenter" width="595" caption="Cemburu-Sedih dan Marah Melihat Orang Senang (http://peperonity.com)"][/caption]

Konflik-konflik yang ada diantara pendatang dengan pribumi sering ditengarai karena factor cemburu social. Dimana-mana pendatang kebanyakan orang yang ulet-ulet, disiplin dalam bekerja. Sehingga sudah bisa dilihat mereka sukses.

Kesuksesan mereka sering menimbulkan cemburu social diantara penduduk, terutama pendatang dengan pribumi atau ada juga antara etnis tertentu dengan etnis lain.

Cemburu social tidak hanya terjadi dalam suatu lingkup keluarga. Tetapi ada yang lebih serius, yaitu dalam kehidupan bermasyarakat. Cemburu social merupakan sebuah perasaan dalam hati tentang keraguan dan ketidaksenangan terhadap sesuatu tanpa alasan yang jelas. Cemburu social dapat terjadi dikarenakan berawal dari rasa iri seseorang kepada orang lain karena status social mereka lebih tinggi daripada dirinya, sehingga timbul rasa cemburu. Cemburu social merupakan sesuatu yang harus diwaspadai sebab akibatnya cukup serius, karena hal tersebut dapat merusak kehangatan yang sudah terjalin antar warga masyarakat.

Mungkin sudah takdir manusia memiliki rasa iri hati atau dalam ajaran agama disebut matsarya. Ketika melihat orang lain sukses, akan timbul kecemburuaan, tetapi ketika orang lain itu sengsara, mereka malah tidak perihatin. Ada peminta-minta yang datang langsung diusir. Tampaknya sebagian besar orang sedih melihat orang sukses, dan senang melihat orang menderita.

Dari sekian banyak konflik yang diindikasi bermula dari cemburu social, semua memiliki pola pikir yang sama. Tak pandang apa agamanya, apa etnisnya, darimana mereka berasal. Bahkan yang modern hingga yang primitive, semua sama saja. “senang melihat orang lain menderita dan sedih melihat orang lain bahagia”.

Di jaman modern ini antara ajaran agama dengan praktek, seringkali bertolak belakang. Agama mengajarkan semua mahkluk adalah saudara “vasudhaiva kutumbakam”yang lengkapnya berbunyi :

ayam bandhurayam neti ganana laghuchetasam udaracharitanam tu vasudhaiva kutumbakam” (Maha Upanishad 6. 72)

Only small men discriminate saying: One is a relative; the other is a stranger. For those who live magnanimously the entire world constitutes but a family.

Hanya anak kecil menyatakan secara diskriminasi: orang itu adalah sanak keluarga dan yang lain adalah orang asing. Bagi mereka yang hidup murah hati seluruh isi dunia  adalah keluarga.

Konsep persaudaraan tersebut juga ditemukan didalam Hitopadesha 1.3.71. Dijumpai pula didalam Panchatantra .3.37. "Vasudhaiva Kutumbakam/semua mahkluk bersaudara" dianggap sebagai bagian dari intergral filsafat Hindu.

Adakalanya sloka tersebut dianggap hoax, karena tidak mungkin kita bersaudara dengan penjahat, tidak mungkin bersudara dengan jin yang ada di bumi. Tetapi menurut ajaran agama, baik kejahatan maupun kebaikan adalah bagian dari Tuhan, sehingga jahat dan baik itu berasal dari satu sumber.

Sebenarnya antara jahat dan baik seperti warna, saling membutuhkan. Manusia bisa melihat karena adanya perbedaan, jika semua yang kita lihat berwarna hitam, atau semua yang kita lihat berwarna putih, mungkinkah kita bisa melihat? Sama halnya dengan jahat dan baik.

Ketika seseorang tidak membeda-bedakan yang jahat dan yang baik, orang seperti itu dianggap layak untuk memperoleh kebebasan (moksa). Sehingga pernyataan semua yang ada di dunia ini adalah keluarga tidaklah salah. Tidak membeda-bedakan mana saudara dan mana orang asing. Tidak memandang itu musuh, ini teman. Dia beragama A, si anu beragama B tidak penting. Yang terpenting mereka sama, aku perlakukan mereka dengan sama, tidak ada diskriminasi.

Lihat pula.. Kitab Dongeng Hitopadesha (Download Gratis)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline