Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Merta Mupu

Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Bali Harus Merdeka

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1351927232356641493

[caption id="attachment_207307" align="aligncenter" width="567" caption="Bendera Negara Ratna Bumi Banten/Bali (facebook.com)"][/caption]

“Bali merdeka”, ungkapan seperti itu mungkin rada aneh rasanya kalau belum pernah mendengar wacana Bali Merdeka. Wacana Bali ingin merdeka itu sudah sejak lama didengungkan. Bahkan semasih pemerintahan Soeharto.

Ada berbagai factor dan sebab yang melandasi, seperti karena adanya penghinaan oleh seorang menteri terhadap Hindu Bali, tidak disetujui berlakunya otsus di Bali, penolakan UU pornografi.

Wacana "Bali Medeka" kali ini disebabkan konflik lampung yang merupakan bentuk penindasan terhadap minoritas. Selain itu juga oleh karena tidak diperhatikan oleh Presiden bahkan ditingal ke luar negeri.

Seperti yang kita ketahui, orang Bali ingin diusir dari Lampung. Hal itu tentu menimbulkan kemarahan bagi orang Bali. Sudah dibunuh dengan cara kejam, mau diusir pula secara keseluruhan.

Ada berbagai tafsiran tentang “merdeka”, kata merdeka berasal dari kata mahardhika. Ditemukan dalam kitab Nitisastra IV.19, selengkapnya berbunyi :

Lwirning mangdadi madaning jana,surupa dhana kalakulina

yowana. Lawan tan sura len kasuran, agawe wereh i

manahikang sarat kabeh. Yan wwanten sira sang dhaneswara,

surupa guna dhanakulina yowana. Yan tan mada, maharddhikeka

pangaranya sira putusi sang pinandita

artinya :

Hal-hal yang menjadikan manusia itu mabuk ialah paras yang bagus, kekayaan, kebangsawanan dan keremajaan. Juga minuman keras dan keberanian itu dapat membuat hati menjadi mabuk. Jika ada orang kaya, tampan wajahnya, pandai, banyak mempunyai harta benda, bangsawan dan muda, tetapi tidak mabuk karenanya, ia itu adalah orang bijaksana, seorang yang berbudi maharddhika (telah bebas dari soal keduniawian).

Kata maharddhika inilah yang menjadi kata merdeka dalam bahasa Indonesia,yang berarti bebas dari penjajahan negara asing sebagai halnya para pendeta mahardhika yang telah melepaskan diri dari kekuasaan nafsu keduniawian. para pendeta di jaman dahulu mendapat tanah tempat tinggal mengamalkan agamanya,tanah bebas dari pajak,karena beliau sudah mahardhika. Tetapi dengan negara kita sudah merdeka, tidaklah berarti bahwa kita sebagai warga negara layak minta kebebasan dan membayar pajak kepada pemerintah, karena itu adalah milik kita sendiri (kompasiana, Edy Herman:2011).

Bali merdeka bisa diartikan dengan 3 pola pikir. Pertama bali merdeka diartikan Bali melepaskan diri dari NKRI. Kedua , Bali merdeka diartikan lebih menuju pada kebebasan menentukan arah politik. Ketiga Bali merdeka diartikan bahwa orang Bali dituntut untuk membebaskan diri dari belenggu kemiskinan, kebodohan. Kalau dikaitkan kedalam ajaran agama, bali merdeka artinya masyarakat dituntut untuk mencapai kebebasan rohani (moksa).

Harapan masyarakat Bali agar Bali itu merdeka dari kemacetan, merdeka dari kemiskinan, merdeka dari perbudakan dan lain sebagainya yang dapat menghambat kemajuan Bali. Itulah arti kemerdekaan Bali yang sesungguhnya. Bali harus merdeka dari semua hal itu. Agar tidak kekayaan dikuasai oleh bangsa asing, menjadi budak di daerah sendiri dan lain sebagainya.

Karakter dan jiwa merdeka bagi masyarakat Bali harus ditanamkan dihati generasi muda, agar mereka kuat menjadi orang Bali yang merdeka, adil dan jujur. Tumbuhkan jiwa-jiwa sparatis bagi generasi muda, hal ini penting ditanamkan agar mereka merdeka seperti amanah UUDNRI 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.

Konsep merdeka dari aspek filosofis sudah seyogianya bagi seluruh generasi muda Indonesia, tidak hanya bagi generasi muda masyarakat Bali tetapi juga bagi generasi muda dari Sabang hingga merauke.

Lihat pula Cemburu Sosial, Kita Sama Saja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline