Setiap adegan pada film Mahadewa selalu memiliki makna tersembunyi yang hendak disampaikan, sebab film ini diambil dari mitologi Hindu yang bersumber dari kitab-kitab Purana. Kisah-kisah yang diceritakan memiliki makna terselubung, berbeda dengan Itihasa [Mahabharata dan Ramayana] yang maknanya ditampilkan secara terbuka atau tanpa perlu pemahaman yang mendalam. Memang demikian tujuan ditulisnya kitab-kitab Purana, mengajarkan manusia untuk mencari kebenaran dibalik apa yang terlihat, dibalik apa yang diceritakan. Kisah-kisah purana mengajarkan manusia untuk melangkah menuju filsafat dan spiritual Hindu yang lebih tinggi. Menyelami apa yang tersirat, bukan apa yang tersurat.
Salah satu kisah yang menarik untuk dikupas pada film Mahadewa adalah kisah Tuhan Shiva dijadikan pelayan oleh putra raja iblis Tarakasura [Dilafalkan Tarkasur] yang bernama Widyumalika. Widyunmalika berhasil menawan Mahadewa menjadi pelayannya setelah tapanya dikabulkan Mahadewa. Widyumalika hanya memohon agar Siva atau Mahadewa berkenan menjadi pelayannya. Dengan demikian, maka Siva seakan-akan terpenjara oleh bhakta-Nya sendiri. Apa yang disuruh dan diminta Widyumalika, Tuhan pun menuruti dan mengabulkannya.
Sahabat saya, heran dengan kisah ini, kenapa Tuhan mau diperdaya oleh penyembah-Nya sendiri. Sebenarnya, hampir semua dari kita melakukan hal yang sama yang dilakukan Widyumalika. Dimana kita selalu meminta bantuan kepada Tuhan, seakan-akan Tuhan adalah pelayan kita. Kita sering memohon ini, itu, setelah dikabulkan, kita akan menyuruh Tuhan untuk mengabulkan berbagai do’a dan permohonan lagi, seolah kita tak terpuaskan atas apa yang telah dianugerahkan-Nya. Kita tidak ada bedanya dengan Widyumalika, yang selalu sembahyang dengan berbagai motif dan tujuan.
Seperti dijelaskan Mahadewa sendiri, ada dua jenis bhakta. Yang satu bhakta yang iklas, memuja Tuhan tanpa mengharapkan apa-apa, semata-mata hanya sebagai pelayan Tuhan. Sedangkan bhakta yang satunya lagi memuja Tuhan dengan berbagai tujuan, dan setiap tujuan ada akibatnya. Bhakta kedua inilah yang berbahaya, yang selalu memenjarakan Tuhan, seolah-olah Tuhan adalah pelayan. Padahal, kitalah pelayan Tuhan.