Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Merta Mupu

Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Keganjilan Film Mahadewa di ANTV

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Banyak masyarakat Hindu merasa geram terhadap tayangan film Mahadewa di ANTV episode Senin 15 Juli 2014. Hal ini terjadi lantaran adegannya terlalu sektarian. Tanpa dasar cerita yang jelas, tiba-tiba adegan film Mahadewa menceritakan percakapan Mahadewa dengan Dewi Sati yang mengagungkan Shri Rama. Dalam percakapan itu, Mahadewa bercerita tentang Shri Rama, awatara Wisnu, yang kehilangan Dewi Sita, yang diculik raksasa Rahwana. Mahadewa diceritakan selalu memuja Shri Rama.

Tentu saja masyarakat Hindu di Indonesia merasa geram atas adegan controversial ini, masyarakat Hindu Indenesia yang sebagian besar merupakan mazab Siwa, Siwa dipuja sebagai  Shiva Atma [Roh yang menghidupi mahkluk hidup], Sada Shiva [Tuhan penguasa kahyangan]dan Paramashiva [Tuhan yang berada dimana-mana].

Jika ditelaah adegan pada film tersebut,  memang kesannya dipaksakan, kisahnya diambil dari cerita dari kitab mazab Vaisnawa, yaitu Bhagavata Purana. Mungkin produsernya memang mengambil kisah Mahadewa mengambil dari berbagai sudut pandang kitab-kitab purana, baik dari Siva purana sendiri, maupun Bhagavata Purana. Sehingga penonton akan dibingungkan, dimana pada kisah tertentu Wisnu mengagungkan Shiva, di sisi lain Shiva mengagungkan Wisnu.

Khusus episode senin 15 juli, terjadi keganjilan adegan cerita. Dimana film ini berkisah tentang percakapan Shiva dengan dewi Sati tentang Shiva selalu bermeditasi kepada Shri Rama. Jelas disini terjadi keganjilan. Pada saat Adi Shakti menjelma sebagai Sati, kisah Ramayana belum terjadi. Pada kisah ini pantasnya terjadi saat Adi Shakti menjelma sebagai Parvati, yang terjadi pada Yuga/jaman yang berbeda.

Penjelasan ini bisa kita merujuk pada Siva purana. Sanat Kumara bersabda ; ” Yang tertua dari kalian (Mena/Menaka) akan menjadi istri Himawan yang adalah bagian dari Wisnu. Dia akan memiliki seorang putri yang bernama Parvati. Putri yang menengah, Dhanya, akan menjadi seorang Yogini, istri dari raja Janaka. Putrinya adalah Mahalaksmi dalam nama Sita. Dan yang termuda (Kalavati) akan menjadi istri dari Vaisya yang bernama Vrsabhana. Pada akhir jaman Dwapara, ia akan menjadi ibu dari Radha, permaisuri Krsna” [Siwa Purana, Parvati Khanda, II.28-30]. Baca juga Film Mahadewa: Dewi Parvati Inkarnasi Dewi Sati.

Merujuk pada sloka tersebut, kisah Rama belum terjadi saat Sati sebagai istri Siva. Selain itu, pada berbagai ulasan penganut mazab Waisnawa, percakapan tentang Shiva mengagungkan Shri Rama, merupakan percakapan Shiva dengan Parvati, bukan Shiva dengan Sati. Jelaslah adegan kisah itu dipkasakan ada. Kemungkinan diambil dari kitab purana mazab Waisnawa. Padahal setahu saya, dalam kitab Siva purana justru Wisnu memuja Shiva, begitu juga Shri Rama memuja Shiva, demikian Shri Krisnha selalu mengagungkan Shiva didalam Mahabharata, begitu juga didalam Bhagavad Gita.

Sejak jaman dahulu kala, mazab Waisnawa dengan mazab Siwa sering berbenturan, bahkan perbenturan ini sampai ke Indoensia. Dahulu kala di Bali terdiri dari banyak sekte, yang besar ada 9 sekte. Kemudian sekte-sekte dihimpun menjadi satu atau disatukan oleh Mpu Kuturan berserta orang-orang suci di Bali, yang dikenal sekarang sebagai agama Hindu ala Hindu Nusantara. Tetapi benturan antara mazab Siwa dengan mazab Waisnawa kembali terjadi pada era sekarang,  dimana aliran Waisnawa yaitu Hare Krisnha sampai saat ini dianggap illegal, belum pernah dicabut keputusan PHDI yang menyatakan Hare Krisnha sebagai aliran 'Sesat'. Bahkan sering terjadi diskriminasi terhadap Hare Krisnha oleh umat Hindu Indonesia kebanyakan. Hal ini terjadi karena penganut Waisnawa sering merendahkan Shiva, seperti yang dilakukan Prajapati Daksa. Pada saat ini, beberapa buku diterbitkan penganut mazab Waisnawa yang merendahkan Siwa dan mengagungkan Wisnu. Misalnya tafsir bhagavad Gita menurut aslinya, Mrekonstruksi Hindu. Padahal menurut penganut Siwaisme, baik Wisnu maupun Shiva dan juga Brahma merupakan Yang Tunggal dalam tiga manifestasi. Bahkan menurut kitab Shiva Purana, seorang Bakta Shiva tidak boleh merendahkan salah satunya. Karena Shiva, Wisnu, Brahma muncul dari Sada Shiva dalam wujud Tuhan berpribadi sebagai ‘Mahadewa’, God of the Gods.

Kesimpulan dari tanggapan masyarakat Hindu Indonesia tentang film Mahadewa, bahwa film Mahadewa disusupi paham mazab Waisnawa, yang seharusnya murni mengambil kisah ini dari Siva Purana. Menurut hemat saya, produser dari film ini, mencoba mengambil kisah ini dari berbagai penjelasan kitab purana, sehingga kadang adegannya tumpang tindih, bahkan membingungkan.

Ada baiknya juga mencermati tentang Evolusi Agama Hindu Di India dan Budayanya disini http://www.padmabhuana.com/Evolusi-Agama-Hindu-di-India-dan-Budayanya.html


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline