Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Merta Mupu

Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Arti Sebuah Doa [Pesan Bijak Mahabharata on TV]

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika seseorang sedang menghadapi suatu masalah yang begitu pelik dan tak menemukan jalan keluar, maka berdoa pada Yang Kuasa sebagai jalan terakhir. Hal ini pula yang dialami Arjuna, pangeran kuru. Lalu, Rsi Bisma, putra Dewi gangga menasehati Arjuna untuk berdoa kepada Yang Kuasa dalam menghadapi masalah yang sangat dilematis.

Akan hal itu, Shri Krisnha memberikan penegasan dan kebijakan sebagai berikut “Setiap kali manusia berhadapan dengan keadaan yang berbahaya, dia pasti akan berdoa kepada yang maha kuasa, dia akan memohon kepada dewa untuk membantunya agar bisa mengatasi keadaannya. Tetapi, sebenarnya apakah arti dari doa itu? Apakah kita pernah memikirkan hal itu? Arti dari sebuah doa adalah untuk merasakan keprihatinan akan kekhawatiran, akan pemecahannya atau pilihan – pilihan rencananya nanti dan menempatkanya di bawah kaki Yang Kuasa. Dengan kata lain, daripada mengkhawatirkan perilaku orang lain lebih baik bertindak dengan benar dan percaya kepada rencana Yang Kuasa sebagai sebuah takdir. Bukankah itu arti sebenarnya dari sebuah doa? Tetapi apa mungkin bisa mengerti rencana dari yang kuasa? rencana-rencana itu selalu berakhir dengan akibat dari semua tindakan kita. Tetapi jika ada seseorang yang berhenti bertindak sama sekali dan tidak melakukan apa-apa, bisakah itu dianggap sebagai sebuah doa, apa bisa dianggap seperti itu? yang sebenarnya adalah tindakan menentukan hidup. Dan untuk menjaga hasil yang lebih baik, itu adalah arti dari doa. Jika sebuah doa, bisa mengubah tindakan dan mencegah apa yang akan terjadi pada manusia, apakah itu sebuah doa ataukah sebuah kekalahan? pikirkanlah hal itu!” [Mahabharata on TV]

Dari penegasan Shri Krisnha tersebut, ada hal yang perlu diperjelas lagi, yaitu berhenti bertindak atau tidak melakukan apa-apa. Salah satu ajaran Shri Krisnha di dalam Bhagavad Gita “tidak bertindak” dianggap sebagai falsafah paling agung dalam konsep ajaran Karma Yoga. Dengan kata lain, tidak bertindak sebagai Yoga paling utama dalam ajaran karma yoga.

Di dalam Bhagavad Gita dijelaskan, Karma Yoga dibagi menjadi tiga kategori; Wikarma-Perbuatan jahat, Sukarma- perbuatan baik, dan Akarma-tidak berbuat atau tidak bertindak. Dari ketiga jenis Karma itu, wikarma berpahala keburukan, penderitaan, memperoleh neraka. Sukarma berpahala kebaikan, keberuntungan, kedamaian, dan memperoleh surga. Sedangkan Akarma tidak berpahala apa-apa, sehingga akarma tidak mengikat seseorang, dengan kata lain, dengan jalan akarma hasilnya adalah pencapaian tertinggi yaitu moksa; tidak lagi terikat oleh pahala perbuatan, tidak lagi lahir-berulang kali atau reinkarnasi.

Tidak bertindak atau tidak berbuat dalam ajaran Karma Yoga bukanlah tidak melakukan sesuatu sama sekali, bukan dengan diam, bukan dengan duduk meditasi, dan lain sebagainya. Bahasa lain dari jalan akarma yaitu berbuat sebagai tidak berbuat, berbuat karena kewajiban, bekerja dan berbuat secara tulus iklas, bekerja atau bertindak tanpa mengharapkan pahala.
*Iseng-iseng update status facebook di Kompas iana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline