Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Merta Mupu

Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Maha Shivaratri dan Kisah Pemburu dalam Siva Purana

Diperbarui: 8 Januari 2016   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

142115416579014906

 

[caption id="attachment_346121" align="aligncenter" width="526" caption="Shiwaratri Puja (foto/freewallpaper.blogspot.com)"][/caption]

 Maha Shivaratri

Salah satu hari suci umat Hindu adalah Maha Shivaratri atau terkadang disebut Padmaja Ratri, di Bali lebih populer disebut hari suci Siwa Ratri atau Siwa Latri yang dilaksanakan setiap setahun sekali. Perayaan ini jatuh pada sasih Kapitu (bulan ke Tujuh) panglong ke 13/14 berdasarkan pada penanggalan kalender Hindu Bali.

Menurut kitab Siva Purana, Shiwaratri dilaksanakan setiap bulan, yaitu pada tanggal ke 13 atau 14, sehingga dalam setahun terdapat 12 kali perayaan hari Shiwaratri. Akan tetapi dari dua belas Shiwaratri, ada satu malam yang paling disukai dewa Shiwa, yaitu Shiwaratri yang dilaksanakan pada bulan Maga (Januari-Februari), dikenal sebagai hari Maha Shiwaratri, malam teragung untuk pemujaan dewa Shiwa, Tuhan dalam mazab Siwaisme.

Maha Shivaratri dikaitkan dengan pernikahan spiritual dewa Shiwa dengan Shakti atau dewi Parvati. Menurut tradisi bahwa hari ini adalah hari yang paling disenangi Dewa Shiwa (Mahadewa). Maha Shivaratri juga untuk merayakan malam ketika Dewa Siwa melakukan 'Tandava', tarian kosmik. Ada juga yag menyebutkan bahwa Shiwaratri berkaitan dengan pemutaran gunung mandara dalam pengadukan lautan susu. Tuhan Shiva  menyelamatkan dunia dari dampak buruk racun yang muncul akibat dari pengadukan samudra (Samudramantana), beliau menyelamatkan para dewa dan semua mahkluk dengan meminum seluruh racun itu. Para dewa bersuka cita atas pertolongan Mahadewa, dewanya dewa. Para mahkluk surgawi memuliakan Mahadewa pada malam agung dan penuh berkah, Maha Shiwaratri.

Shiwaratri dirayakan oleh semua orang, baik dilandasi akan keinginan maupun tanpa keinginan, tulus iklas. Dewa Shiwa bersabda, “Tidak ada ritus lain yang lebih bermanfaat bagi laki-laki. Ritual ini adalah cara paling baik untuk kebaikan semua. Bagi mereka tanpa keinginan, bagi mereka dengan keinginan khusus, untuk semua orang dari semua varna dan tahapan kehidupan, bahkan pada perempuan dan anak-anak, upacara ini sangat bermanfaat.” (Siva Purana: Kotirudra Samhita XXXVIII.21-22).

Tata cara pelaksanaan, sarana yang harus digunakan pada perayaan Shiwaratri, uraiannya dapat ditemukan dalam kitab Siva Purana, bagian Kotirudra Samhita. Hal yang perlu digarisbawahi bahwa upacara pemujaan Shiwaratri, baik dengan berjapa, meditasi, pemujaan pada lingga-yoni, persembahyangan, hendaknya dilakukan setiap periode 3 jam. Misalnya mulai sembahyang jam 6 sore, maka persembahyangan berikutnya jam 9 malam, jam 12 malam, jam 3 pagi, jam 6 pagi.

Dewa Shiwa bersabda, “O Visnu, Saya akan memberitahu Anda bagaimana ritual yang dilakukan oleh para bhakta, terutama di setiap periode 3 jam di malam Sivaratri.” (Siva Purana: Kotirudra Samhita XXXVIII46).

Sarana untuk pemujaan Lingga, yang utama adalah daun bilva (maja), buah kelapa, air, beras, biji-bijian, bunga, dupa, lentera, berbagai jenis manisan, dan lain sebagainya. Dalam konteks tradisi di Bali, sarana pemujaan menggunakan Pejati, Daksina, Canang sari, dan pelengkapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline