Lihat ke Halaman Asli

Merry Astuti Handayani

Mahasiswa S1 Administrasi Rumah Sakit Universitas Singaperbangsa Karawang

Pahlawan Kebersihan Krisis Apresiasi, Tukang Sapu dan Tukang Sampah Kurang Dihargai

Diperbarui: 9 November 2024   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dewasa ini, banyak sekali pekerjaan yang sudah diambil alih oleh teknologi. Namun, ada beberapa pekerjaan yang tak mudah untuk diambil alih oleh teknologi. Salah satunya adalah tukang sapu dan tukang sampah. 

Meski kini marak peralihan dari tenaga manusia ke tenaga robot, kedua profesi ini sekiranya sulit untuk dialihkan lantaran terkendala biaya yang besar dan banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada profesi ini. 

Kedua pekerjaan ini sering kita jumpai di sekolah, tempat kerja dan tempat tempat umum lainnya. Profesi ini memiliki dedikasi tinggi terhadap lingkungan. Namun, banyak dari kita yang beranggapan bahwa profesi ini adalah pekerjaan yang remeh. Padahal, mereka sangat bergantung pada orang-orang yang bekerja sebagai profesi ini.

Mengapa demikian? Sebenarnya apa yang membuat orang yang memiliki pekerjaan itu dipandang sebelah mata? Langkah apa yang harus kita ambil dalam hal ini? 

Kontribusi yang diberikan tidak sebanding dengan yang mereka dapatkan

Dengan adanya tukang sapu dan tukang sampah, lingkungan yang kotor menjadi bersih. Namun, kontribusi mereka ini sering kali tidak dianggap oleh instansi juga masyarakat. Dipandang sebelah mata sudah menjadi makan sehari-hari mereka.

Mereka seharusnya mendapat apresiasi tinggi atas kerja kerasnya. Tanpa mereka, lingkungan mungkin terlantar dengan berbagai sampah yang berserakan. Tanpa mereka, kebersihan dan kenyamanan sulit dicapai. Saat kita berjalan melewati suatu jalan atau pergi ke tempat umum, kita menjadi lebih nyaman karena lingkungan bersih tanpa sampah sampah yang menumpuk di sepanjang jalan.

Sayangnya, pengunjung tempat-tempat umum, seperti sekolah, tempat wisata, atau perusahaan sering kali kurang memberikan apresiasi kepada mereka dan menganggap mereka tidaklah penting, sehingga keberadaan mereka tidak perlu dihiraukan. Padahal, berkat mereka, lingkungan menjadi lebih nyaman dan sedap dipandang.

Di lingkungan sekolah, peran mereka mendukung terciptanya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif, sehingga membuat para siswa dapat fokus menyerap ilmu yang mereka dapat dari guru-guru mereka. 

Dianggap rendahan oleh stigma sosial

Para siswa cenderung tidak menghargai kerja para petugas kebersihan tersebut dengan membuang sampah tidak pada tempatnya di saat mereka baru saja membersihkannya. Tak sedikit siswa yang bersikap kurang ajar dengan para petugas kebersihan sekolah. Mereka menganggap pekerjaan itu “hina” karena bersinggungan langsung dengan tumpukan sampah. Disinilah, krisis etika itu terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline