Angka kemiskinan dan persoalan sejenis lainnya merupakan permasalahan yang terus membayangi pelaksanaan pembangunan kota. Setiap kota di Indonesia tentu memiliki permasalahan kemiskinan yang menggelutinya, tak terkecuali Kota Depok. Depok sebagai sebuah kota yang bersinggungan langsung dengan ibu kota sangat memerlukan kegiatan yang dapat meningkatan ekonomi pendapatan masyarakat.
Berdasarkan kondisi masyarakat Kota Depok, mereka memiliki wilayah yang terkenal dengan sebutan “Raja Konveksi” di wilayah Bulak Timur, Cipayung, Depok. Wilayah ini menjual berbagai macam jenis pakaian dan memiliki banyak konveksi.
Dahulu wilayah Bulak ramai dikunjungi penjual maupun pembeli, tetapi beberapa tahun terakhir terlebih di masa pandemi ini wilayah Bulak terbilang sepi. Hal tersebut membuat sebagian masyarakat Bulak merasa kehidupannya tak lagi sejahtera dan menginginkan adanya pembangunan atau inovasi yang dapat meningkatkan kesejahteraannya. Maka dari itu, pemberdaya tertarik untuk melaksanakan program USIK (Usaha Fashion Lokal), dalam rangka mengatasi permasalahan di wilayah Bulak Timur, Cipayung, Depok.
Proses Pemberdayaan Program USIK (Usaha Fashion Lokal) Masyarakat Bulak Timur
1. Pemetaan potensi
Masyarakat Bulak, Kecamatan Cipayung, Kota Depok memiliki jumlah penduduk sebesar 27.162 ribu jiwa dengan mayoritas berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 11.130 orang. Banyak dari masyarakat Bulak, Kecamatan Cipayung, Kota Depok bekerja sebagai Ibu rumah tangga, pelajar, Mahasiswa, TNI/POLRI, PNS, pedangang, dan petani.
2. Analisis potensi
Pada aspek kekuatan, masyarakat Bulak Timur memiliki banyaknya perempuan di usia pekerja yang sudah memiliki keahlian menjahit, ketersediaan alat jahit yang berlimpah dan adanya keinginan kuat masyarakat setempat untuk berkembang dan meningkatkan pendapatan.
Kelemahannya, masih banyak warga yang kurang mengerti soal perawatan mesin jahit dan rendahnya kemampuan masyarakat dalam menciptakan sebuah inovasi pembaruan.
Banyaknya masyarakat Indonesia yang mulai tertarik dengan brand-brand lokal dan berada pada kawasan yang memiliki pola hidup konsumtif, menjadikan program ini memiliki peluang untuk lebih berkembang. Serta ancamannya berupa persaingan dengan brand-brand produk serupa dan masih berlangsungnya pandemi Covid-19.
3. Model Pemberdayaan