Lihat ke Halaman Asli

Stratifikasi Gender What is?

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

STRATIFIKASI GENDER , WHAT IS ??

Istilah Startifikasi gender merujuk pada akses yang tidak setara ke pintu kekuasaan, prestise, dan kepemilikan atasa dasar jenis kelamin. Setiap masyarakat menetapkan suatu struktur yang atas dasar jenis kelamin dan gender, membuka dan menutup pintu ke privilesenya. Gender dan usia khususnya penting karena keduanya merupakan status utama, dalam arti, keduanya hadir dalam semua aspek kehidupan manusia. Kita semua mendapatkan label laki – laki atau perempuan dan digolong – golongkan ke dalam kategori usia tertentu.

Arti penting secara sosiologis dari gender adalah bahwa gender merupakan suatu perangkat yang masyaraka gunakan untuk mengendalikan para anggotanya. Jenis kelamin merujuk pada perbedaan biologis antara laki – laki dan perempuan, jenis kelamin terdiri atas ciri jenis kelamin primer ataupun sekunder. Gender sebaliknya, ialah apa yang oleh masyarakat diangap sebagai perilaku dan sikap pantas bagi anggotanya yang berjenis kelamin laki – laki dan perempuan. Jenis kelamin memebedakan laki – laki dan perempuan secara fisik, gender mendefinikan apa yang disebut maskulin dan feminin.

Perdebatan antara nature dan nurture berkisar pada apakah perbedaan perilaku laki – laki dan perempuan disebabkan pembelajaran ( budaya ). Hampir semua sosiolog berpihak pada pengasuhan. Namun belakangan ini, para sosiolog telah dengan hati – hati membuka pintu bagi sifat bawaan. Para sosiolog menekankan bahwa adalah faktor sosial yang melandasi perilaku manusia, pengalaman yang membentuk kita, menyakurkan kita arah berbeda dalam hidup. Studi terhadap para veteran Vietnam merupakan suatu indikasi bagaimana pintu sosiologi secara perlahan terbuka untuk mempertimbangkan faktor biologis sebagai penentu perilaku manusia. Dengan menggunakan kemeja sebagai usungan, para prajurit ini mengangkat seorang teman yang terluka dari hutan setelah pertempuran sengit dekat perbatasan Kamboja di Tay Ninh, Vietnam selatan.

Kaum perempuan menjadi kelompok minoritas. Patriat atau dominasi laki – laki, tampak universal. Asal usuk deskrminasi terhadap kaum perempuan telah lenyap dalam sejarah, namun teori utama mengenai bagaimana kaum perempuan menjadi kelompok minoritas difokuskan pada keterbatasan fisik yang ditentukan sejak lahir. Gerekan feminis bukanlah merupakan gerakan yang baru karena dalam apa yang disebut gelombang pertama, kaum feminis mengajukan tuntutan perubahan sosial di awal tahun 1900an dan dihadapkan pada hostilitas, dan bahkan kekerasan. Gelombang kedua dimulai di tahun 1960an dan teus berlanjut sampai sekarang. Kini gelombang ketiga feminisme sedang muncul disini tiga aspek utama sedang muncul. Pertama adalah fokus lebih besar pada masalah perempuan di bangsa yang paling sedikit terindustrialisasi. Kedua ialah kritik terdapa nilai yang mendominasi pekerjaan dan masyarakat. Aspek yang ketiga ialah dihilangkannya hambatan terhadap cinta dan kesenangan perempuan.

Hubungan antara gender dan kekerasan adalah dengan proporsi yang sangat tidak seimbang, mayoritas korban perkosaan dan pembunuhan adalah kaum perempuan. Pengkhianatan perempuand an pembunuhan kehormatan merupakan kasus khusus kekerasan terhadap perempuan. Para penganut teori konflik menunjukkan bahwa kaum laki – laki menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaan dan privilese mereka.

Perlakuan para usia lanjut tidak ada satupun perangkat sikap, kepercayaaan, atau kebijakan terhadapa orang lanjut usia yang sama pada berbagai bagnasa di dunia. Sebaliknya sikap kepercayaan atau kebijakan tersebut sangat beraneka ragam, mulai dari pengucilan dan pembunuhan sampai ke integritas kehormatan. Kecenderungan globalnya adalah bahwa lebuh banyak orang cenderung hidup lama. Dalam konstruksi penuaan tidak ada sesuatupun pada sifat penuaan terkait dengan sikap tertentu. Sebaliknya, sikap terhadap orang usia lanjut berakar dalam masyarakat dan berbeda antara satu kelompok sosiald dengan kelompok lain. Faktor yang memengaruhi presepsi penuaan adalah perspektif interaksionisme simbolis, para penganut interaksionisme simbolis menekankan pada kostruksi sosial penuaan, dengan menitik beratkan bahwa tidak ada usia yang memiliki suatu makna tertentu yang secara hakiki melekat padanya. Ageism, reaksi negatif terhadap orang lanjut usia, didasarkan pada stereotip.

Sikap fungsionalis para pensiun bagi masyarakat adalah para fungsionalis meleteakkna fokus pada opini bahwa penarikan diri orang usia lanjut dari posisi wewenang akna menguntungkan masyarakat teori penarrikan diri memperlajari pensiun sebagai suatu sarana untuk menjamin bahwa posisi dalam masyaraka beralih secara lancar dari satu generasi ke genersi berikutnya. Teori aktivitas mempelajari cara orang menyesuaikan diri manakala mereak menarik diri dari peran produktif. Teori kontinuitas menemptakna fokus pada cara ordang menyesuaikan diri terhadap penuaan dengan terus menjalankan peran dan melaksanakan teknik coping.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline